Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Suleiman I, Pembawa Kejayaan Kekaisaran Turki Usmani

Ia menjadi raja terkemuka di Eropa pada abad ke-16 setelah berhasil memajukan ekonomi, militer, dan politik Kekaisaran Turki Usmani (Ottoman) serta melakukan penaklukan ke Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara.

Di bawah kekuasaanya pula, Kekaisaran Ottoman mencapai puncak kejayaan dan membawahi setidaknya 25 juta orang.

Di dunia Islam, Suleiman I juga dijuluki sebagai Al-Qanuni, yang artinya pembuat undang-undang.

Sebutan ini ia didapatkan atas jasanya dalam menyusun peraturan perundang-undangan bagi rakyat dari berbagai lapisan dan golongan.

Awal kehidupan

Suleiman I lahir pada 6 November 1494 di Kota Trabzon, yang berada di selatan Laut Hitam.

Ia adalah putra Selim I dari istrinya yang bernama Hafssa Khatoun. Kehidupan awal Suleiman I dapat diketahui ketika ia berusia tujuh tahun.

Di usia tujuh tahun, ia mulai belajar sains, sejarah, sastra, teologi, dan taktik militer di sekolah kekaisaran, Istana Topkapi, yang berada di Konstantinopel.

Sejak kecil, Suleiman I telah dekat dengan para pemuka agama dan sastrawan.

Oleh karena itu, ia akhirnya menguasai empat bahasa lain selain bahasa Turki, yaitu bahasa Arab, Serbia, Persia, dan Chagatai.

Suleiman I kemudian menggunakan keahliannya itu untuk menerjemahkan kitab suci Al-Quran ke dalam bahasa Turki.

Pada usia 17 tahun, ia diangkat menjadi Gubernur Kaffa (Theodosia), kemudian Manisa, juga di Edirne dalam waktu yang sangat singkat.

Masa pemerintahan Suleiman I

Setelah kematian ayahnya, Suleiman I kembali ke Konstantinopel untuk dinobatkan menjadi Sultan Turki Usmani ke-10 pada September 1520.

Ia lantas memulai pemerintahannya dengan melakukan kampanye melawan kekuatan Kristen di Eropa Tengah dan Mediterania.

Pada 1521 dan 1522, Sultan Suleiman I secara berturut-turut memimpin gerakan melawan Hongaria, khususnya Belgrade, dan Rhodes.

Kekuatan militer Hongaria pun dapat dipatahkan sepenuhnya pada 1526.

Setelah Eropa, pada 1530-an Suleiman I mengalihkan perhatiannya ke Dinasti Safawiyah di Persia, yang telah menjadi lawan secara turun-temurun.

Gerakan itu berhasil membuat sebagian besar Timur Tengah dan Afrika Utara jatuh ke tangannya.

Pada 1538, Kota Aden di Yaman direbut oleh Kekaisaran Turki Usmani untuk dijadikan basis serangan terhadap bangsa Portugis.

Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk membangun kembali hubungan perdagangan dengan Kekaisaran Mughal.

Selain itu, Suleiman I juga memimpin ekspansi ke wilayah Mediterania dan Afrika Utara.

Praktik ekspansi yang dilakukan Sultan Suleiman I selama berkuasa berhasil membawa wilayah Asia Kecil, Armenia, Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia Barat; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika Utara; serta Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa Timur, jatuh ke tangan Kekaisaran Turki Usmani.

Di bawah pemerintahannya, armada Ottoman mendominasi laut dari Mediterania ke Laut Merah dan melalui Teluk Persia.

Dampak perluasan wilayah ini terhadap perekonomian Turki Usmani adalah meluasnya jalur perdagangan dan melimpahnya upeti tahunan dari daerah taklukannya.

Hal lain yang membuat Sultan Suleiman I berbeda dari pendahulunya adalah ia dikenal sebagai legislator ulung hingga disebut sebagai Al-Qanuni atau pembuat undang-undang.

Sultan Suleiman I berusaha mereformasi undang-undang supaya sesuai dengan perubahan pada kekaisaran, tetapi tetap tidak melanggar hukum Islam.

Hasilnya adalah Undang-Undang Utsmaniyah yang kemudian diterapkan oleh kekaisaran selama lebih dari tiga abad.

Pada masa kejayaan Turki Usmani pula, ajaran Islam, kebudayaan, kesusastran, ilmu pengetahuan, perniagaan, dan kesejahteraan rakyat berkembang dengan sangat pesat.

Melanggar tradisi Kekaisaran Usmani

Terlepas dari pencapaiannya, Sultan Suleiman I ternyata rela melanggar tradisi keluarganya ketika menikahi Hurrem Sultan atau dikenal sebagai Roxelana.

Roxelana adalah putri pendeta yang masuk Islam dan juga seorang harem, yang kemudian menjadi selir dan akhirnya menjadi istri resmi sultan.

Keputusan sultan untuk menjadikan Roxelana sebagai istri resminya membuat istana dan seluruh kota tercengang.

Belum lagi ketika Roxelana diperbolehkan tinggal dengan sultan di istana selama sisa hidupnya.

Padahal, seorang harem seharusnya diasingkan ke kota lain bersama anaknya dan tidak diperbolehkan kembali ke istana kecuali keturunan mereka menjadi penerus takhta.

Akhir hidup

Sultan Suleiman I meninggal pada 6 September 1566, saat menjalankan ekspedisi ke Hongaria.

Jenazahnya kemudian dibawa kembali ke Istanbul dan dimakamkan di Masjid Sulaimaniyah.

Setelah itu, takhta jatuh ke tangan Selim II, putra Suleiman I dan Roxelana.

Sultan Suleiman I telah berhasil mengantarkan Kekaisaran Turki Usmani menuju puncak keemasan.

Sayangnya, setelah dirinya wafat, Kekaisaran Ottoman perlahan-lahan mulai mengalami kemunduran.

Referensi:

  • Hafiez, Muhammad Ryan, Andi Suwirta, dan Achmad Iriyadi. (2017). Suleiman the Magnificent, Sang Penakluk Timur dan Barat: Kajian Politik Ekspansi Turki Utsmani, 1520-1566 Masehi. Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia, 2 (1), 17-30.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/22/080000479/suleiman-i-pembawa-kejayaan-kekaisaran-turki-usmani

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke