Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jong Java: Sejarah, Aksi Politik, dan Indonesia Moeda

Sebelumnya, Jong Java bernama Tri Koro Dharmo yang berarti Tiga Tujuan Mulia. 

Sejarah

Organisasi ini mulanya dinamakan Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia) yang diketuai oleh Satiman dan wakilnya Wongsonegoro. 

Maksud dari berdirinya organisasi ini yaitu untuk mengadakan suatu tempat latihan untuk para calon pemuda nasional. 

Mayoritas yang menjadi anggota dalam organisasi ini adalah para murid sekolah menengah yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Lalu, para murid yang berasal dari Sunda dan Madura merasa bahwa perkumpulan ini terlalu sempit cakupan wilayahnya.

Sehingga pada Kongres I di Solo, 12 Juni 1918, nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java. 

Yang dimaksud dari Jong Java yaitu suatu perkumpulan yang mendapat pengikut lebih luas lagi, termasuk Sunda, Madura, dan Bali (daerah-daerah berdasarkan kebudayaan Jawa). 

Sejak saat itu, jumlah murid-murid Jawa menjadi anggota terbanyak. 

Sehingga pada Kongres II di Yogyakarta tahun 1919, acara ini tetap bersifat Jawa.

Dalam Kongres II di Yogyakarta membahas tentang:

  • Milisi untuk bangsa Indonesia.
  • Mengubah bahasa Jawa menjadi lebih demokratis.
  • Perguruan Tinggi
  • Kedudukan wanita Sunda
  • Sejarah tanah Sunda
  • Arti pendirian nasional Jawa dalam pergerakan rakyat. 

Pertengahan 1920, diadakan Kongres III di Solo dan pada pertengahan tahun 1921 digelar Kongres IV di Bandung. 

Kedua kongres ini bermaksud untuk membangun cita-cita Jawa Raya dan mengembangkan rasa kesatuan antara suku-suku bangsa di Indonesia. 

Aksi Politik

Pada tahun 1922, terjadi Kongres V di Solo yang ditegaskan bahwa dalam acara ini tidak akan ada campur tangan aksi politik di dalamnya. 

Namun yang terjadi justru sebaliknya, perkumpulan ini mendapat pengaruh politik yang datang dari Sarekat Islam (SI) dipimpin oleh Agus Salim. 

Dalam kongres tahun 1924, pengaruh SI terasa semakin kuat sehingga mengakibatkan beberapa tokoh yang berpegang teguh pada asas agama memutuskan untuk keluar. 

Para tokoh yang keluar ini kemudian membentuk Jong Islamieten Bond (JIB), organisasi perhimpunan pemuda dan pelajar Islam Hindia Belanda. 

Indonesia Moeda

Pada tahun 1925, wawasan dari Jong Java semakin meluas, di mana mereka menyerap gagasan persatuan Indonesia untuk mencapai Indonesia merdeka. 

Tiga tahun berselang, 1928, organisasi ini bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan diketuai oleh R. Koentjoro Poerbopranoto, salah satu anggota Jong Java. 

Organisasi ini disebut Indonesia Moeda, organisasi pemuda yang merupakan gabungan dari Jong Java, Pemuda Indonesia, dan Jong Sumatera.

Bergabungnya Jong Java dalam Indonesia Moeda menjadi tanda bubarnya organisasi ini, pada 27 Desember 1929. 

R Koentjoro Poerbopranoto

Koentjoro Poerbopranoto merupakan salah satu tokoh Pergerakan Nasional Indonesia yang memang tidak sering disebutkan. 

Namun, bukan berarti tokoh ini tidak memiliki peranan yang penting. 

Koentjoro justru sudah aktif dalam dunia pergerakan sejak usianya masih muda. 

Dalam organisasi Jong Java, ia menjadi ketua pimpinan pusat antara tahun 1927 sampai 1929, bertepatan dengan Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda. 

Ia juga sempat menjadi anggota dari organisasi Budi Utomo. 

Referensi: 

  • Hanifah, Abu. (1975). Peranan Pemuda Sekitar Tahun 1928. Museum Sumpah Pemuda. 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/04/182933779/jong-java-sejarah-aksi-politik-dan-indonesia-moeda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke