Sejarah pun tercipta. Pantai Gading lolos ke Piala Dunia untuk kali pertama.
Keberhasilan lolos ke Piala Dunia disambut dengan perayaan "gila-gilaan" skuad The Elephants.
Akan tetapi, di tengah euforia timnya, Didier Drogba secara khusus menaruh perhatian terhadap perang saudara yang terjadi di tanah kelahirannya sejak 2002.
Seperti diwartakan BBC, Drogba melakukan pidato penuh semangat setelah kemenangan timnas Pantai Gading atas Sudan yang membuat mereka mencetak sejarah lolos ke Piala Dunia.
"Pria dan wanita Pantai Gading, dari (wilayah) utara, selatan, tengah, dan barat. Kami membuktikan hari ini bahwa semua orang Pantai Gading dapat hidup berdampingan dan bermain bersama dengan tujuan yang sama, untuk lolos ke Piala Dunia!"
"Kami berjanji kepada Anda bahwa perayaan itu akan menyatukan orang-orang."
"Hari ini, kami memohon dengan berlutut. Satu-satunya negara di Afrika dengan begitu banyak kekayaan tidak boleh turun ke medan perang. Silakan letakkan senjata kalian dan adakan pemilihan umum."
"Kami ingin bersenang-senang. Jadi, berhentilah menembakkan senjata kalian," demikian pidato Didier Drogba usai pertandingan melawan Sudan.
Baca juga: Mauro Camoranesi, Pembelot Argentina yang Melegenda di Italia
Namun, peran Drogba untuk mendamaikan Pantai Gading tak berhenti sampai di situ.
Setahun setelah kiprah perdana Pantai Gading di Piala Dunia, Drogba mengumumkan bahwa tim nasional sepak bola akan menggelar pertandingan melawan Madagaskar.
Laga melawan Madagaskar itu digelar pada 3 Juni 2007 di Bouake, sebuah wilayah di utara Pantai Gading yang menjadi basis kubu pemberontak.
Drogba sendiri lahir di Abidjan yang notabene terletak di wilayah selatan. Menggelar pertandingan timnas di Bouake merupakan langkah untuk menyatukan Pantai Gading.
Pada pertandingan melawan Madagaskar, Didier Drogba mencetak gol terakhir dalam kemenangan lima gol tanpa balas yang diraih timnas Pantai Gading.
Terlepas dari hasil pertandingan untuk kemenangan timnas Pantai Gading, laga sepak bola di Bouake itu memicu kegembiraan di seluruh negeri.
In 2007, Drogba ended a 5-year civil war in his country, Cote d'Ivoire by scoring a goal, that helped them win a match against Madagascar. He asked that the game be played in Bouake, a rebel stronghold then got on his knees & pleaded with rebels to drop their arms, and they did. pic.twitter.com/e8tKsZ1nJv
— Football Talk (@Football_TaIk) March 26, 2021
Menurut laporan BBC, Drogba berjalan mengelilingi stadion selepas pertandingan dengan para pemain dan pendukung mengikuti di belakangnya.