KOMPAS.com - Tolak peluru atau shot put merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik.
Pada pesta olahraga multicabang seperti Olimpiade, tolak peluru masuk dalam kategori lempar bersama lempar cakram, lontar martil, dan lempar lembing.
Dalam modul Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Kelas VII (2020) terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tolak peluru adalah salah satu nomor yang terdapat dalam nomor lempar pada cabang atletik yang berbentuk gerakan menolak atau mendorong suatu peluru yang terbuat dari logam yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya.
Sesuai namanya, tolak peluru dilakukan dengan cara menolak atau mendorong peluru, bukan dilempar.
Baca juga: Tolak Peluru: Sejarah, Peraturan, dan Jenis Gaya
Gerakan menolak dalam olahraga tolak peluru dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
Adapun, berat peluru yang digunakan dalam perlombaan adalah 7,25 kg (untuk putra) dan 4 kg (untuk putri).
Sekilas, bentuk lapangan tolak peluru mirip dengan lapangan lempar cakram.
Bedanya, lapangan tolak peluru memiliki papan batas tolakan yang terdapat di bagian lingkaran.
Baca juga: Berat dan Ukuran Peluru pada Tolak Peluru
Adapun, lapangan tolak peluru dibagi menjadi dua bagian yaitu area lingkaran tolakan dan sektor pendaratan.
Sesuai standar Asosiasi Federasi Atletik Internasional (IAAF), lapangan tolak peluru berbentuk lingkaran berdiameter 2,135 meter dan dikelilingi ring besar setebal 66 mm sert tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran.
Bagian depan lingkaran tolakan dipasang balok atas tolakan yang memiliki panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan tebal 11,4 cm.
Baca juga: Jenis-jenis Gaya dalam Tolak Peluru
Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai dengan garis batas (sector line) sekaligus garis ukur yang terletak di tengah sektor pendaratan.
Adapun diameter bagian dalam lingkaran tolak peluru adalah 2,135 meter.
Sudut sektor pendaratan adalah 40 derajat dengan panjang minimal 25 meter.