KOMPAS.com - Timnas Indonesia tengah merasakan kesulitan mencari striker lokal yang mampu menjawab kepercayaan pelatih maupun pencinta sepak bola Tanah Air.
Sebelumnya, nama penyerang seperti Bambang Pamungkas, Boaz Solossa, hingga Lerby Eliandry Pong Babu bisa mendapat tempat di posisi striker.
Akan tetapi, sejak adanya naturalisasi, striker lokal kesulitan mendapatkan tempat di timnas Indonesia.
Mantan striker lokal timnas, Kurniawan Dwi Yulianto, mengakui hal tersebut memang benar adanya.
Baca juga: Eks Pemain Timnas Brasil Klaim Lebih Berbakat daripada Messi dan Ronaldo
Bagi pelatih klub Malaysia, Sabah FA, banyak hal yang mempengaruhi striker lokal kerap kalah saing dengan penyerang naturalisasi.
Seperti halnya kurangnya jam terbang striker lokal di klub karena pelatih masing-masing klub lebih memercayakan lini depan mereka kepada slot asing.
"Memang regenerasi striker lokal sangat minim, banyak faktor juga," kata Kurniawan Dwi Yulianto kepada aku YouTube Tabloid Bola tahun 2018 lalu.
"Tren sepak bola sekarang kan menggunakan satu striker, di mana biasanya klub-klub itu memakai slotnya dipakai oleh pemain asing."
Baca juga: Kesempatan Timnas Indonesia Hadapi Luiz Felipe Scolari Batal Terwujud
"Jadi, striker-striker muda kita minim banget jam terbangnya," terang dia.
Lebih lanjut, dalam skema satu striker, penyerang tunggal tersebut diwajibkan mampu menahan bola guna menanti bantuan dari second line.
Skema tersebut berbeda di era Kurniawan Dwi Yulianto pribadi, yakni menggunakan dua striker.
Kendati demikian, melihat potensi-potensi yang ada di Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto melihat "mutiara" yang bisa diasah mengisi tren satu striker.
"Kalau saya lihat, si Dedik (Setiawan) berpotensi juga," terang dia.
Baca juga: Jadwal Drawing Piala Asia U16, Timnas Indonesia Jadi Wakil Tunggal ASEAN
"(Jebolan timnas Indonesia) U16 ada si Bagus Kahfi, kemudian Sutan Zico, karena saya tahu dia dari kecil juga."
"Banyak sih sebenarnya yang berpotensi. Tinggal pekerjaan rumah kita sesama stakeholder menjaga mereka gitu."
"Jangan sampai, mutiara jadi debu. Karena mereka ini menjadi tulang punggung timnas Indonesia pada nantinya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.