Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul 'Miedo Escenico', Bermula dari Real Madrid

Kompas.com - 23/04/2020, 10:20 WIB
Nirmala Maulana Achmad

Penulis

Sumber La Liga

KOMPAS.comCEO Real Madrid era 2009-2011, Jorge Valdano, menulis sebuah artikel terkenal bagi majalah Revista de Occidente berjudul ‘Miedo Escenico,  yang berarti ‘demam panggung’ pada 1986.

Judul tersebut dikutip dari artikel milik penulis Kolombia Gabriel García Márquez tentang ketakutannya berbicara di depan umum.

Artikel dari Valdano menjelaskan bagaimana keahlian Real Madrid membalikan keadaan ala ‘remontada’, terutama di kompetisi Eropa, saat selisih gol pada leg pertama bisa dibalikkan di Stadion Bernabeu.

Sejarahnya diawali dari pertemuan dengan juara Liga Inggris Derby County pada babak 16 besar Piala Eropa 1975-1976.

Los Blancos kalah 1-4 pada leg pertama yang berlangsung di Inggris, namun secara mengejutkan menang 5-1 pada leg selanjutnya untuk memastikan kemenangan.

Baca juga: Asal-usul Paddock, Terinspirasi dari Pacuan Kuda Inggris

Pada tahun-tahun berikutnya, Celtic, Anderlecht, Borussia Monchengladbach dan Red Star Belgrade juga pernah tersingkir di Bernabéu meski sempat unggul pada leg pertama.

Asal-usul 'Miedo Escenico' muncul setelah Real Madrid kalah 0-2 dari Inter Milan pada leg pertama dalam ajang Piala UEFA 1985-1986.

Usai kekalahan tersebut, penyerang Real Madrid kala itu, yang juga rekan setim Valdano, Juanito, mengatakan kepada salah satu TV Italia “Noventa minuti en el Bernabéu son molto longo.

Juanito memberitahukan para pemain serta pendukung Inter bahwa 90 menit leg selanjutnya akan berlangsung sangat lama. Prediksi tersebut terbukti setelah Inter kalah 0-3 pada leg selanjutnya.

Menurut penjelasan dalam artikel Valdano, mentalitas tim dalam kondisi khusus dapat melebihi faktor taktik, teknis, serta logis.

Kejadian khusus tersebut cenderung lebih sering terjadi di Bernabeu ketimbang di stadion lain.

Hal tersebut benar adanya bahwa suara di dalam stadion Bernabeu membentuk 'crescendo' saat tim dengan gelar Liga Champions terbanyak itu menantikan salah satu ‘remontada’.

Beberapa tahun belakangan ini juga menampilkan kemampuan Madrid untuk memutarbalikan keadaan di Bernabeu.

Baca juga: Asal-usul Pencak Silat, Seni Bela Diri Asli Indonesia

Pelatih tim saat ini, Zinedine Zidane misalnya, saat masih jadi pemain ia dan tim sukses mengalahkan Bayern Munich pada 2001/2002.

Zidane juga mengalami hal tersebut saat menjadi pelatih pada 2015/2016 saat Wolfsburg unggul 2-0 pada leg pertama perempat final di Jerman, namun tiga gol Cristiano Ronaldo di Bernabeu kemudian memutarbalikkan keadaan. Real Madrid juga memenangkan Liga Champions pada musim tersebut.

Secara teoretis, tim Spanyol seharusnya lebih kebal dari ‘demam panggung’ di Bernabeu, mengingat mereka mengunjungi stadion tersebut setidaknya sekali.

Namun, tim asuhan Zidane tidak pernah kalah di kandang dalam ajang La Liga, kasta tertinggi Liga Spanyol, musim 2019-2020, baik dalam derbi melawan Atletico de Madrid dan El Clasico melawan Barcelona.

Tim tuan rumah seakan mendapatkan energi dari para pendukung saat mereka berhasil menang berkat gol-gol pada babak kedua.

Tulisan puitis Valdano telah membantu gagasan 'miedo escenico' tertanam di benak para pendukung dan pemain Real Madrid yang memanfaatkan gagasan itu karena percaya pada situasi yang paling sulit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com