KOMPAS.com - Pameran api Olimpiade Tokyo telah ditutup pasca-penetapan keadaan darurat pandemi virus corona, Selasa (7/4/2020).
Api Olimpiade Tokyo tiba di Jepang pada 26 Maret lalu setelah "melakukan perjalanan" dari Yunani.
Benda sakral tersebut kemudian dipajang di Fukushima dengan rencana semula sampai akhir April ini.
Namun, pameran api Olimpiade itu ditutup lebih cepat usai Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengeluarkan maklumat keadaan darurat pandemi virus corona.
Baca juga: Kualifikasi Olimpiade untuk Cabang Atletik Ditunda Hingga Akhir 2020
Salah satu yang diminta Abe ialah pembatasan agenda berkumpulnya orang-orang di satu tempat.
Belum diketahui kapan pameran tersebut akan dibuka kembali.
"Tokyo 2020 sekarang akan menjaga api di lokasi yang dirahasiakan untuk mencegah orang berkumpul," kata penyelenggara Tokyo dalam sebuah pernyataan resmi, dilansir BolaSport.com dari Associated Press.
Penyelenggara diharapkan menyimpan api Olimpiade hanya untuk jangka pendek.
Sebab, api tersebut nantinya akan digunakan oleh Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC) sebagai simbol promosi sekaligus simbol melawan pandemi Covid-19.
"Idenya untuk menjaga api ini tetap menyala dan menunjukkannya kepada dunia," ucap mantan Direktur Pemasaran IOC, Michael Payne.
Baca juga: Kualifikasi Olimpiade untuk Cabang Atletik Ditunda Hingga Akhir 2020
Api Olimpiade diperkirakan akan muncul kembali di hadapan publik pada tahun depan sebagai bagian dari pawai estafet.
Namun, Payne mengaku melihat kembalinya api Olimpiade nanti akan memberi tujuan yang lebih luas.
"Api olimpiade akan memberikan inspirasi yang sangat kuat, cahaya terang saat dunia melewati masa-masa sulit ini," kata dia.
Baca juga: Terlibat Doping, Lifter Malaysia dan Thailand Dilarang Ikut Olimpiade Tokyo
Sebelum Olimpiade Beijing 2008, panitia penyelenggara bersama IOC menyelenggarakan pawai obor Olimpiade yang melewati setidaknya 20 negara di dunia.
Namun, saat itu, pawai obor Olimpiade tidak berjalan mulus karena mendapat protes keras akibat catatan kekerasan hak asasi manusia yang terjadi di Tibet dan beberapa tempat lainnya di China.
Kekacauan yang terjadi memaksa Presiden IOC saat itu, Jacques Rogge, menetapkan situasi krisis.
Dia bahkan membatalkan semua rencana pawai obor Olimpiade ke seluruh dunia.
Kini, pawai obor Olimpiade dunia atau estafet obor di Jepang akan bergantung pada situasi pandemi Covid-19. (Muhamad Husein)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.