Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Penyimpangan Bahasa dalam Puisi

Kompas.com - 12/05/2023, 13:00 WIB
Serafica Gischa

Editor

Oleh: Nenny Litania, Guru SD Muhammadiyah 019 Bangkinang, Kampar, Provinsi Riau

 

KOMPAS.com - Puisi memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Kata-kata yang digunakan mengandung nilai keindahan yang khusus untuk membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan, bahkan keharuan.

Penyair melakukan penyimpangan bahasa dalam puisinya untuk memperkuat daya puisi, mencapai bentuk pengucapan tertentu yang diinginkan, mencapai keselarasan rima, atau merasa bahasa konvensional yang sudah ada tidak dapat menjadi medium yang mampu mengungkapkan perasaan secara tuntas.

Baca juga: Bait Puisi: Pengertian dan Contohnya

Berikut sembilan penyimpangan bahasa dalam puisi, yaitu:

  • Penyimpangan leksikal

Kata-kata yang digunakan dalam puisi menyimpang dari kata-kata yang  dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: ngiau, pepintu, leluka.

Contoh: puisi Sutardji Calzoum Bachri berjudul Sepisaupi

"sepisaupa, sepisaupi, sampai pisauNya ke dalam nyanyi"

  • Penyimpangan semantis

Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang membahas tentang makna tanda bahasa.

Penyimpangan semantis adalah penyimpangan yang berupa penggunaan kata dalam puisi yang maknanya tidak menunjuk kepada makna aslinya.

Misalnya, ketika seorang penyair menggunakan kata langit dalam puisinya. Kata 'langit' itu bisa merujuk kepada "Tuhan' atau 'sesuatu/seseorang yang sangat jauh dan sulit dijangkau.

Baca juga: 3 Contoh Puisi tentang Pengalaman Pribadi

  • Penyimpangan fonologis

Untuk kepentingan rima, penyair sering melakukan penyimpangan bunyi. Sebagai contoh, dalam puisinya yang berjudul "Yang Terampas dan Putus", Chairil Anwar menggunakan kata 'menggigir' untuk menggantikan kata 'menggigil'.

la melakukan penyimpangan dengan mengubah bunyi // dalam kata 'menggigil' menjadi bunyi /r/ sehingga menjadi 'menggigir'

"Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin” (Yang Terampas dan Yang Putus)

  • Penyimpangan morfologis (pembentukan kata)

Penyair sering kali juga tidak mengindahkan aturan morfologis (pembentukan kata) kutipan puisi Balada Sumillah karya W.S. Rendra di bawah ini:

bila pucuk bambu ngusapi wajah bulan ternak rebah dan bunda-bunda nepuki paha anaknya” (Balada Sumilah)

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com