Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Semantika Bahasa Tubuh

Kompas.com - 22/01/2023, 11:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KAMUS Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengungkap makna kata “bahasa” sebagai berikut : 1] sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; 2] percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun: baik budi -- nya;-- menunjukkan bangsa, pb budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan).

Kemudian KBBI secara panjang lebar menampilkan puluhan jenis bahasa berdasarkan abjad mulai dari bahasa aglunatif sampai dengan bahasa tarzan, berakhir pada bahasa vokalis.

Menarik bahwa dalam menampilkan beragam jenis bahasa, KBBI tidak menampilkan bahasa tubuh.  Padahal bahasa tubuh justru sangat popular di masyarakat awam linguistik yang jumlahnya relatif lebih banyak ketimbang orang yang dianggap dan menganggap diri sebagai pakar linguistik.

Baca juga: Bahasa Tubuh Pangeran Harry Masih Tunjukkan Kemarahan pada Keluarganya

Secara linguistik sebenarnya pemaknaan utama KBBI terhadap kata “bahasa” sebagai “sistem lambang bunyi” kurang akurat sebab tidak semua bahasa adalah sistem lambang bunyi semisal sistem bahasa tanpa bunyi yang digunakan para penyandang tuna rungu.

Para penyandang tuna netra juga sulit mengindera bahasa yang tidak tergolong sistem lambang bunyi. Maka dapat disepakati bahwa bahasa tubuh secara umum tidak tergolong sistem lambang bunyi. Kecuali bahasa tepuk tangan, bahasa sendawa atau bahasa kentut yang memang tergolong sistem lambang bunyi.

Namun sebaiknya para peyakin bahasa tubuh jangan memaksakan keyakinan bahwa bahasa tubuh lebih universal ketimbang jenis bahasa lain-lainnya. Pada hakikatnya bahasa tubuh sama dengan bahasa apapun dalam hal mustahil universal dapat digunakan serta ditafsirkan secara tepat dan benar kapan saja, di mana saja, bagaimana saja oleh siapa saja.

Selama bahasa termasuk bahasa tubuh masih terkait pada tafsir serta kesepakatan maka sebaiknya jangan digunakan secara hantam kromo plus gebyah uyah pukul rata pada kapan saja, di mana saja, bagaimana saja plus siapa saja.

Makna bahasa tubuh seperti menyembulkan ibu jari di antara jari telunjuk dan jari tengah, menggelengkan kepala, mengulurkan lidah, bersendawa, berkentut, memandang ke arah mata orang lain, berkedip mata lain sebagainya senantiasa terkait pada lingkungan kebudayaan di mana bahasa tubuh digunakan.

Baca juga: Kenali, Bahasa Tubuh Pasangan yang Tengah Dimabuk Asmara

Bahkan bahasa tubuh tidak bisa lepas dari konteks lingkungan semisal sebaiknya jangan tersenyum-senyum pada upacara pemakaman kecuali jika memang ingin cari masalah dengan sanak keluarga pihak yang dimakamkan.

Bahasa tubuh sebagai unsur komunikasi setara dengan bahasa jenis apapun tetap tidak bisa mengabailan faktor lingkungan kebudayaan sesuai makna luhur yang terkandung di dalam kearifan empan papan terkait di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung maupun ngongo yo ngono ning ojo ngono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com