Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas.
Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama.
Wacana lantas diukur dengan pertimbangan kebenaran/ketidakbenaran (menurut sintaksis dan semantik).
Aliran ini merupakan kebalikan dan menolak pandangan positivisme-empiris. Bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas obyektif dan yang dipisahkan dari subyek sebagai penyampai pernyataan.
Konstruktivisme menganggap subyek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.
Bahasa diatur dan dihidupkan oleh pernyataan yang bertujuan. Analisis wacana dalam paradigma ini dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud dan makna tertentu.
Baca juga: Apa itu Jurusan Ilmu Komunikasi dan Bagaimana Prospek Kerjanya?
Pandangan ini mengoreksi pandangan konstruktivisme yang berkurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional.
Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti analisis konstruktivisme.
Dalam paradigma ini, analisis wacana menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.