Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jurnalistik Sastra: Pengertian dan Sejarahnya

Kompas.com - 09/02/2022, 09:00 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri

Penulis

KOMPAS.comJurnalistik sastra atau literary journalism membuat penyajian informasi menjadi lebih menarik, mampu menyentuh emosi pembaca, dan dapat memberi gambaran utuh mengenai daerah atau tokoh tertentu.

Kemunculan jurnalistik sastra ditandai dengan munculnya gerakan new journalism di Amerika Serikat, yang populer sekitar tahun 1960 hingga 1970-an.

Pengertian jurnalistik sastra (literary journalism)

Menurut Andi Fachruddin dalam buku Journalism Today (2019), literary journalism adalah jenis tulisan jurnalistik yang teknik dan gaya penulisannya menggunakan cara penulisan karya sastra, seperti cerpen dan novel.

Sehingga memberi perbedaan jelas antara karya jurnalistik sastra dengan karya jurnalistik lainnya.

Litertary journalism menggunakan gaya penulisan fiksi, guna kepentingan dramatisasi pelaporan dan untuk membuat artikel menjadi lebih menarik serta memikat pembaca.

Selain dikenal dengan istilah literary journalism, jurnalistik sastra juga sering disebut narrative reporting, passionate journalism, dan exploratory journalism.

Baca juga: Jurnalistik Online: Pengertian dan 4 Jenisnya

Sejarah singkat jurnalistik sastra (literary journalism)

Dikutip dari buku Jurnalistik: Literary Journalism (2018) karya H. Mahi M. Hikmat, istilah literary journalism muncul di Amerika Serikat, saat doktor American Studies dari Yale University, Thomas Kennerly Wolfe Jr. membaca tulisan Gay Talese tentang Joe Louis seorang petinju tua, di majalah Esquire pada 1962.

Thomas Wolfe terkesan dengan gaya tulisan tersebut. Kemudian dia mencoba observasi dan mempraktikannya dalam gaya penulisan novel.

Pada 1700, esai-esai naratif mulai bermunculan. Beberapa di antaranya ditulis oleh Ernest Hemingway, Aj. Liebling, serta Joseph Mitchell.

Baru mulai 1970 hingga 1980-an, istilah jurnalistik sastra mulai berkembang di masyarakat. Sejumlah pelopornya ialah John McPhee, Richard Rhodes, Mark Singer, serta beberapa tokoh lainnya.

Dalam praktiknya, jurnalistik sastra masuk dalam beragam wilayah penulisan, seperti pariwisata, memoar, esai historis, serta etnografis.

Karya tersebut tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, melainkan juga dimaknai sebagai pencerahan dan mengandung banyak pesan moral. Sebab itu, jurnalistik sastra (literary journalism) banyak diajarkan di dunia pendidikan hingga saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com