KOMPAS.com - Jurnalisme damai merupakan praktik jurnalisme yang menerapkan konsep perdamaian dalam tiap pemberitaannya.
Prinsip utama dalam praktik jurnalisme ini adalah melaporkan pemberitaan mengenai suatu kejadian dengan frame (bingkai) yang lebih berimbang serta akurat.
Praktik jurnalisme damai (peace journalism) memberi kesempatan bagi kedua belah pihak yang sedang berkonflik untuk mencari jalan tengah penyelesaian masalah.
Apa itu jurnalisme damai?
Jurnalisme damai adalah pelaporan kejadian atau peristiwa dengan frame yang lebih luas, berimbang, serta akurat, yang didasarkan pada informasi mengenai konflik serta berbagai perubahan yang terjadi.
Melansir dari jurnal Media dan Konflik: Mewujudkan Jurnalisme Damai (2020) karya Irwanti Said, pendekatan jurnalisme damai mulai digaungkan pada 1970-an oleh Johan Galtung, seorang profesor studi perdamaian dan Direktur TRANSCEND Peace and Development Network.
Baca juga: Jurnalisme Warga: Pengertian dan 5 Bentuk Aktivitasnya
Seiring berjalannya waktu, pendekatan jurnalisme damai banyak digunakan oleh para wartawan, guna menyusun pemberitaan konflik yang lebih berimbang dan akurat.
Dikutip dari jurnal Jurnalisme Damai dalam Pembingkaian Berita Rasisme Mahasiswa Papua di Tribunnews.com dan Detik.com (2020) karya Sukma Alam, jurnalisme damai (peace journalism) mengajak semua pihak untuk lebih memikirkan bahaya dan dampak negatif konflik.
Dalam menerapkan pendekatan jurnalisme ini, wartawan dituntut untuk tidak menambah panas situasi konflik. Sebaliknya, wartawan harus memberi jalan tengah bagi pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan masalahnya.
Menurut Andi Fachruddin dalam buku Journalism Today (2019), jurnalisme damai punya tujuh karakteristik utama, yakni: