KOMPAS.com - Jurnalistik berkaitan erat dengan pemberitaan di media massa. Bisa dikatakan, inti kegiatan jurnalistik adalah pengumpulan, pelaporan, penulisan, penyajian, serta penyebarluasan berita.
Secara sederhana, jurnalistik merupakan bagian dari disiplin ilmu. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, jurnalistik punya serangkaian proses kegiatan yang lebih kompleks.
Apa itu jurnalistik?
Melansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jurnalistik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kewartawanan dan persuratkabaran.
Dikutip dari buku Jurnalistik Praktis (2018) karya Herman RN, secara harfiah, pengertian jurnalistik bisa dipahami dari kata jurnal dan istik.
Jurnal berarti laporan atau catatan. Sedangkan istik merujuk pada istilah estetika atau ilmu pengetahuan tentang keindahan. Dengan demikian, jurnalistik adalah sebuah karya seni berupa pencatatan peristiwa penting dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Pengertian New Media dan Manfaatnya
Secara konseptual, jurnalistik bisa dipahami dari tiga sudut pandang, yakni sebagai proses, sebagai teknik, dan sebagai ilmu.
Jurnalistik adalah ‘aktivitas’ pencarian, pengolahan, penulisan, dan penyebarluasan informasi kepada publik lewat media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan dan jurnalis.
Jurnalistik adalah ‘keahlian’ (expertise) atau ‘keterampilan’ (skill) menulis karya jurnalistik, berupa berita, artikel, dan feature. Hal ini termasuk keahlian pengumpulan bahan tulisan, seperti hasil liputan peristiwa (reportase) serta wawancara.
Jurnalistik adalah ‘bidang kajian’ tentang proses pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, pemikiran, dan ide) melalui media massa.
Dalam hal ini, jurnalistik termasuk ilmu terapan yang dinamis dan terus mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serta kehidupan masyarakat.
Baca juga: Media Cetak: Pengertian dan Jenisnya
Sebagaimana dikutip dalam buku Jurnalistik “Kemahiran Berbahasa Produktif” (2020) karya Lisa Septia Dewi Br. Ginting, Luwi Ishwara menjabarkan lima karakteristik penting dari jurnalistik, yakni:
Adalah sikap untuk mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari sikap skeptis adalah keragu-raguan dan upaya untuk menggali lebih jauh peristiwa sebagai bahan pemberitaan.
Artinya wartawan tidak menunggu terjadinya sebuah peristiwa, melainkan selalu mencari dan mengamati lingkungan dengan ketajaman naluri seorang wartawan (sense of social).
Artinya media tidak hanya bertindak sebagai penyalur informasi, tetapi juga sebagai fasilitator, penyaring, serta pemberi makna sebuah informasi.
Artinya wartawan selalu mengamati setiap peristiwa untuk menangkap aspek yang unik dan menarik di tengah kehidupan masyarakat.
Artinya pers berperan sebagai pelapor yang bersifat netral dan tanpa prasangka, dalam melaporkan setiap peristiwa yang terjadi di masyarakat. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai wakil publik, watchdog, advokasi, serta pembuat kebijaksanaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.