Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contoh Puisi Bertema Covid-19

Kompas.com - Diperbarui 18/01/2022, 14:00 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap orang dapat mencurahkan emosi dan perasaannya melalui puisi. Tidak perlu mendapat gelar atau julukan sastrawan untuk menulis sebuah puisi. Kita bisa mengekpresikan kegelisahan sehari-hari melalui susunan kata yang berirama.

Menurut Rachmat Djoko Pradopo dalam Pengkajian Puisi (1990), puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.

Salah satu permasalahan yang memancing emosi dan perasaan banyak orang adalah Covid-19. Kita dapat menuliskan puisi mengenai topik ini.

Berikut contoh puisi bertema Covid-19:

Ko-ro-na

Kodrat manusia kembali ke tanah
Roh terbang melayang-layang
Nama hanya tinggal nama

Belajar Sabar

Kubuka jendela rumah
Pak becak pulang dari terminal
Seharian di sana membuatnya lelah
Tak ada yang menumpang barang seorang

Kubuka pintu rumah
Bu mlijo menawarkan sayur
Pasar sudah tutup selama tiga bulan
Dagangannya tak laku barang seikat

Kunyalakan lampu rumah
Tetangga sebelah meyapa
Ia baru saja memperingati 100 hari kepergian anaknya
Seorang dokter muda kebanggaan kampung kami

Tetiba kantong-kantong bansos datang
Bersama senyum ramah
Bersama kamera
Mereka meminta kami untuk sabar
Sambil diam-diam mencuri beras di lumbung kami yang kosong

Baca juga: Struktur Fisik Puisi Karawang Bekasi dan Surat dari Ibu

Pahlawan Pandemi

Mereka bekerja baik siang maupun malam
Menyimpan lelah dalam-dalam

Mereka tak bisa berkumpul bersama keluarga
Demi menyelamatkan banyak raga

Mereka satu per satu gugur
Namun semangatnya tak pernah luntur

Mereka berkorban susah payah
Kita bantu dengan tetap di rumah

Ilustrasi pasien infeksi virus corona, pasien Covid-19.Shutterstock/Pordee Aomboon Ilustrasi pasien infeksi virus corona, pasien Covid-19.
Sampai Nanti

Bosan ku menatap layar
Menatap wajah digital
Menyapa tanpa raga

Tak bisa ke taman
Bertemu dengan teman

Keluhku seketika tak bermakna
Semua sedang berusaha
Untuk tetap hidup dan ada

Bila tiba saatnya nanti
Bila pagebluk berhenti

Kan ku peluk teman-temanku
Kupeluk melepas rasa rindu
Sampai nanti, hilang duka sendu

Baca juga: Contoh Puisi Baru

Menyengsengsarakan Rakyat

Ia datang 2019
Mereka menyepelekan

Dihadapi dengan lelucon garing
Dengan nasi kucing
Dengan kalung sakti
Dengan birokrasi berbelit
Dengan doa qunut
Dengan diskon wisata
Dengan taman komodo
Dengan tes berbayar
Dengan vaksin berbayar
Dengan data palsu
Dengan pilkada
Dengan omnibus
Dengan menyengserakan, menyeserakan, menyengsengsarakan rakyat
Saya ulangi ya biar gak diketawain

Ia datang 2019
Mereka menyepelekan

Ia datang, tapi tak tahu kapan pergi
Dan kita masih menunggu
Bergilir menuju liang lahat yang kian sempit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com