KOMPAS.com - Setiap orang dapat mencurahkan emosi dan perasaannya melalui puisi. Tidak perlu mendapat gelar atau julukan sastrawan untuk menulis sebuah puisi. Kita bisa mengekpresikan kegelisahan sehari-hari melalui susunan kata yang berirama.
Menurut Rachmat Djoko Pradopo dalam Pengkajian Puisi (1990), puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.
Salah satu permasalahan yang memancing emosi dan perasaan banyak orang adalah Covid-19. Kita dapat menuliskan puisi mengenai topik ini.
Berikut contoh puisi bertema Covid-19:
Ko-ro-na
Kodrat manusia kembali ke tanah
Roh terbang melayang-layang
Nama hanya tinggal nama
Belajar Sabar
Kubuka jendela rumah
Pak becak pulang dari terminal
Seharian di sana membuatnya lelah
Tak ada yang menumpang barang seorang
Kubuka pintu rumah
Bu mlijo menawarkan sayur
Pasar sudah tutup selama tiga bulan
Dagangannya tak laku barang seikat
Kunyalakan lampu rumah
Tetangga sebelah meyapa
Ia baru saja memperingati 100 hari kepergian anaknya
Seorang dokter muda kebanggaan kampung kami
Tetiba kantong-kantong bansos datang
Bersama senyum ramah
Bersama kamera
Mereka meminta kami untuk sabar
Sambil diam-diam mencuri beras di lumbung kami yang kosong
Baca juga: Struktur Fisik Puisi Karawang Bekasi dan Surat dari Ibu
Pahlawan Pandemi
Mereka bekerja baik siang maupun malam
Menyimpan lelah dalam-dalam
Mereka tak bisa berkumpul bersama keluarga
Demi menyelamatkan banyak raga
Mereka satu per satu gugur
Namun semangatnya tak pernah luntur
Mereka berkorban susah payah
Kita bantu dengan tetap di rumah
Bosan ku menatap layar
Menatap wajah digital
Menyapa tanpa raga
Tak bisa ke taman
Bertemu dengan teman
Keluhku seketika tak bermakna
Semua sedang berusaha
Untuk tetap hidup dan ada
Bila tiba saatnya nanti
Bila pagebluk berhenti
Kan ku peluk teman-temanku
Kupeluk melepas rasa rindu
Sampai nanti, hilang duka sendu
Baca juga: Contoh Puisi Baru
Menyengsengsarakan Rakyat
Ia datang 2019
Mereka menyepelekan
Dihadapi dengan lelucon garing
Dengan nasi kucing
Dengan kalung sakti
Dengan birokrasi berbelit
Dengan doa qunut
Dengan diskon wisata
Dengan taman komodo
Dengan tes berbayar
Dengan vaksin berbayar
Dengan data palsu
Dengan pilkada
Dengan omnibus
Dengan menyengserakan, menyeserakan, menyengsengsarakan rakyat
Saya ulangi ya biar gak diketawain
Ia datang 2019
Mereka menyepelekan
Ia datang, tapi tak tahu kapan pergi
Dan kita masih menunggu
Bergilir menuju liang lahat yang kian sempit