Setelah berniaga selama 20 tahun di Hindia, para direktur kompeni menganggap keadaannya masih sangat tidak memuaskan.
Selama delapan tahun pertama, kompeni tidak membayar dividen apapun kepada pemegang saham.
Baca juga: Rempah-Rempah, Alasan Bangsa Eropa Datang ke Indonesia
Kemudian para direktur menulis surat kepada Gubernur Jenderal di Indonesia dengan perintah agar monopoli perdagangan rempah dijaga dengan segala cara.
Kalau perlu dengan kekerasan, dan kuantitas yang diproduksi harus dikurangi untuk menaikan harga di eropa.
Pada 1800, VOC tetap merupakan yang terbesar di antara perusahaan-perusahaan dagang yang beroperasi di Asia.
Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), VOC bertumbuh pesat berkat beberapa faktor, seperti berlimpahnya modal.
Di Indonesia memungkinkan VOC maju jauh dibandingkan dengan lawannya.
Dengan modal yang berlimbah mampu membiayai operasi-operasi militer yang perlu untuk meraih kedudukan sebagai pemegang monopoli sedunia dalam hal perdagangan rempah- rempah.
Penaklukan Makassar pada 1667 yang merupakan pelabuhan terakhir tempat para saudagar dari Eropa dan Asia dalam memasok rempah-rempah bukan dengan perantaraan VOC atau penyelundupan menjadi tertutup.
Baca juga: Kerajaan Ternate dan Tidore, Pusat Penghasil Rempah-Rempah
Kemudian monopoli dalam perdagangan kayu manis diperoleh dengan cara mengusir orang Portugis dari Sri Lanka.
Dikutip situs Provinsi DKI Jakarta, sebagai serikat dagang, VOC diberi hak-hak dan kekuasaan yang istimewa oleh Pemerintah Belanda.
Hak-hak tersebut adalah:
Baca juga: Rempah-rempah Khas di Indonesia
VOC terus mengembangkan kongsi dagangnya. Sejak 1619, VOC mendirikan tiga buah pangkalan di Indonesia, yakni di Jayakarta (Jakarta), Ambon, dan Banda.
Pada 1641, VOC berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis. Dengan direbutnya Malaka, kedudukan VOC semakin kuat.
Karena Malaka dapat dijadikan pangkalan angkatan lautnya.
Dari Malaka, VOC bisa melakukan pengawasan terhadap jalannya perdagangan di Selat Malaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.