Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dualisme Kepemimpinan Nasional antara Soekarno dan Soeharto

Kompas.com - 09/03/2020, 08:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Soekarno dianggap mengecewakan. Dalam pidato itu, Soekarno bersikeras tidak mau membubarkan PKI. Pidato yang dikenal sebagai Nawaksara ini ditolak oleh MPRS.

Kemudian pada 10 Januari 1967, Soekarno mengirim surat kepada Ketua MPRS Jenderal AH Nasution.

Surat yang bernama "Pelengkap Nawaksara" itu berisi kurang lebih sama dengan Nawaksara.

Soekarno kembali menyampaikan beberapa alasan terjadinya peristiwa G30S atau yang disebutnya dengan Gestok (Gerakan 1 Oktober).

Sebulan kemudian, pada 7 Februari 1967, Soekarno kembali mengirim surat, kali ini untuk Soeharto.

Dalam surat itu, Soekarno menyatakan akan menyerahkan pemerintahan kepada Soeharto.

Penyerahan kekuasaan itu terjadi pada 22 Februari 1967. Soekarno menyampaikan kepada menteri-menteri di Istana Merdeka.

Malam harinya, Menteri Penerangan BM Diah membacakan pengumuman Soekarno.

Baca juga: Demokrasi Indonesia Periode Orde Baru (1965-1998)

Tak lama kemudian, MPRS mencabut kekuasaan Presiden Soekarno dan menetapkan Soeharto sebagai pejabat presiden.

Ketetapan itu tertuang dalam TAP MPRS Nomor XXXIII/1967.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com