Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa Menjelang Proklamasi

Kompas.com - 08/01/2020, 14:00 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Perjalanan kemerdekaan Republik Indonesia terus bergulir selepas dibubarkannya Badan Penyelidikan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPPUPKI).

Dilansir dari buku Konflik di Balik Proklamasi (2010) karya St Sularto, Jepang semakin mengalami kemuduran dalam Perang Asia Timur Raya. Berikut peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan:

Pembentukan PPKI

Komando Tentara Jepang wilayah Selatan mengadakan rapat besar. Dalam rapat tersebut disepakati bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan pada 7 September 1945.

Pada 6 Agustus 1945 keadaan Jepang semakin kritis, karena Kota Hiroshima dibom atom oleh Amerika Serikat.

Menghadapi situasi tersebut Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945.

Tugas PPKI adalah melanjutkan tugas BPUPKI dan mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. PPKI diketuai oleh Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta.

Baca juga: Sejarah BPUPKI dan Perjalanannya

PPKI beranggotakan 21 orang Indonesia yang berasal dari, Jawa 12 orang, Sumatera 3 orang, Sulawesi 2 orang, Kalimantan 1 orang, Sunda 1 orang, Maluku 1 orang, dan golongan penduduk China 1 orang.

Untuk kepentingan peresmian dan pelantikan PPKI, pada 9 Agustus 1945 Jenderal Terauchi memanggil Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat untuk pergi ke Dalat, Saigon.

Hal ini untuk menegaskan bahwa Pemerintah Jepang memutuskan untuk menyerahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Suasana sebelum Proklamasi

Dilansir dari situs resmi Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, pada 14 Agustus 1945 Soekarno, Mohammad Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat kembali ke Jakarta.

Saat itu Jepang sudah lumpuh akibat bom atom pada 9 Agustus 1945 di Kota Nagasaki. Dengan demikian jepang benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Akhirnya pada 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu.

Para tokoh yang mengikuti perkembangan Perang Dunia II memiliki ide untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu keputusan Jepang.

Perbedaan pendapat terjadi antara golongan tua (PPKI) dengan golongan muda yang terwakili dalam beberapa perkumpulan.

Baca juga: 17 Agustus: Mengenang Rumah Petani Tionghoa, Tempat Penyusunan Teks Proklamasi di Rengasdengklok

Perkumpulan golongan muda tersebut, di antaranya:

  • Kelompok Asrama Menteng 31, dipelopori Chaerul Saleh dan Sukarni.
  • Kelompok Asrama Indonesia Merdeka, dipelopori Soebarjo.
  • Kelompok Asrama Mahasiswa Kedokteran, Sutan Sjahrir.

Golongan muda mendesak agar Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan.

Sementara golongan tua lebih menghindari pertumpahan darah, mengingat pasukan Jepang masih banyak di Indonesia. Sehingga menunggu keputusan Jepang.

Peristiwa Rengasdengklok

Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam) Jumat siang kemarin. Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok. Kompas/JB Suratno Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam) Jumat siang kemarin. Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.
Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB Soekarno dan Hatta oleh sekelompok pemuda dibawa ke Rengasdengklok.

Aksi penculikan itu sebenarnya membuat kecewa Soekarno.

Soekarno marah dan kecewa, namun melihat keadaan dan situasi yang panas, Soekarno tidak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti kehendak para pemuda.

Baca juga: Mengenal Era Pemerintahan di Indonesia Sejak Kemerdekaan

Saat itu Fatmawati, istri Soekarno dan anaknya Guntur juga dibawa untuk keamanan diri mereka.

Rengasdengklok merupakan kota kecil dekat Karawang.

Posisi ini cukup strategis untuk melihat atau mendeteksi pergerakan Jepang, baik yang datang dari arah Jakarta maupun dari arah bandung dan Jawa tengah.

Meski ditekan oleh golongan muda dengan berbagai cara, Soekarno tetap berpegang teguh untuk menjalankan rencana Proklamasi pada 17 Agustus 1945.

Bagi Soekarno angka 17 adalah angka yang suci. Saat itu Agustus merupakan bulan suci Ramadhan. Selain itu 17 Agustus 1945 bertepatan dengan hari Jumat yang dipercaya sebagai hari suci dan berbahagia.

Sementara di Jakarta, Achmad Soebardjo dari golongan tua dan Wikana dari golongan muda membicarakan kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta.

Baca juga: Ini Kasus-kasus Korupsi yang Terjadi Setelah Kemerdekaan...

Laksamana Muda Maeda Tadashi, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat tentara kekaisaran Jepang bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya.

Berdasarkan kesepakatan dari semua pihak, khususnya golongan muda, Soekarno dan Hatta dijemput untuk kembali ke Jakarta dan menjamin bahwa bahwa Proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus 1945.

Kursi di ruang tamu Rumah Maeda tempat Maeda menerima Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo setelah tiba dari Rengasdengklok, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta, Sabtu (13/8/2017).KOMPAS.com/ESTU SURYOWATI Kursi di ruang tamu Rumah Maeda tempat Maeda menerima Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo setelah tiba dari Rengasdengklok, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta, Sabtu (13/8/2017).
Penyusunan naskah Proklamasi

Rombongan Soekarno dan Hatta tiba di Jakarta pukul 23.00 WIB pada 16 Agustus 1945 tepatnya di rumah Laksamana Muda Maeda Tadashi.

Di ruang makan, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo mulai merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan.

Soekarno menuliskan konsep proklamasi pada secarik kertas.

Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan.

Kalimat pertama Proklamasi merupakan saran dari Achmad Soebardjo. Sedangkan kalimat terakhir disempurnakan oleh Mohammad Hatta.

Bagi Hatta, kalimat pertama merupakan penyataan dari kemauan bangsa Indonesia dalam menentukan nasibnya. Harus ditambahkan pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignity).

Pukul 04.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno membuka pertemuan dini hari dan naskah Proklamasi kemudian diketik oleh Sajuti Melik. Setelah jadi, Soekarno dan Hatta langsung menandatangani teks tersebut.

Detik-detik Proklamasi

Pada pukul 05.00 WIB para pemimpin bangsa dan tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda.

Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta pada pukul 10.00 WIB.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Deklarasi Kemerdekaan Timor Timur atas Portugal

Mohammad Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja sebagai pers dan di kantor berita untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia.

Bendera yang dijahit dengan tangan Fatmawati Soekarno sudah disiapkan. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar, karena kainnya berukuran tidak sempurna.

Sementara itu, rakyat yang telah mengetahui akan dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan telah berkumpul. Tepat pukul 10.00 WIB Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia membacakan Proklamasi.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com