Mengapa dalam Musyawarah Sering Terjadi Perbedaan Pendapat?

KOMPAS.com - Musyawarah mufakat merupakan salah satu bentuk pengalaman Pancasila, terutama sila keempat.

Sejatinya, kita sering bermusyawarah untuk memutuskan atau merencanakan suatu hal, hingga mencapai kata mufakat.

Dikutip dari buku Musyawarah Desa dalam Perencanaan Pembangunan Desa (2019) oleh Jasnety Umar, berikut pengertian musyawarah:

"Musyawarah adalah upaya pemecahan persoalan atau masalah untuk mengambil keputusan bersama atau jalan keluar."

Walau sering dilakukan dalam keseharian, tak jarang proses musyawarah disertai insiden perbedaan pendapat di antara beberapa orang. 

Mengapa dalam bermusyawarah sering terjadi perbedaan pendapat?

Alasan sering terjadi perbedaan pendapat dalam musyawarah

Individu atau masyarakat sering kali bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan atau mencari jalan keluar dari sebuah permasalahan.

Perbedaan pendapat sering terjadi karena tiap individu memiliki cara pandang dan atau sikap yang berbeda.

Misal, beberapa orang bermusyawarah untuk menentukan siapa pengurus kelas yang paling tepat. Namun, dalam proses tersebut, A dan B memiliki pendapat berbeda.

A memandang bahwa calon pengurus kelas tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Sementara B berkesimpulan yang sebaliknya.

Menurut Backy Krisnayuda dalam buku Pancasila dan Undang-Undang (2016), perbedaan pendapat dalam musyawarah sebaiknya dihargai dan diakui dengan lapang dada.

Karena perbedaan pendapat menjadi hal yang sangat wajar terjadi dalam proses musyawarah. Meski, tentunya ada beberapa pihak yang langsung setuju dengan pendapat orang lain.

Selain itu, dalam menyikapi perbedaan pendapat, kita tidak boleh menentang atau merendahkan pendapat orang lain.

Mengapa? Karena hal-hal seperti itu akan menyebabkan konflik dan perpecahan di antara pihak yang terlibat.

Kesimpulannya, mengapa dalam bermusyawarah sering terjadi perbedaan pendapat, karena tiap orang memiliki pandangan dan sikap yang berbeda mengenai suatu hal.