Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tari Lengger Lanang, Tarian Tradisional Banyumas

Lengger disebut juga ronggeng. Tarian Lengger merupakan pengembangan dari tarian sebelumnya yaitu tari Tayub.

Pada tari Lengger dimainkan oleh dua hingga empat orang laki-laki yang didandani serupa perempuan dengan pakaian khas. Hingga sekarang tarian tradisional tersebut masih sering ditampilkan dalam berbagai kegiatan.

Nama Tari Lengger di ambil dari kata “le” yang berarti anak laki–laki dan kata “ger“ yang berarti geger atau ramai.

Asal Usul Tari Lengger

Asal muasal di Banyumas tidak diketahui secara pasti, tapi banyak penelusuran mengenai tari-traian dalam ritual kesuburan semacam lengger.

Dikutip dari buku Lengger Tradisi dan Transformasi (2000) karya Sunaryadi, ada dua kemungkinan munculnya kesenian Lengger. Ada yang menyebutkan kalau Lengger berasal dari Jatilawang, Banyumas.

Ada juga yang menyebutkan jika kesenian tradisional tersebut berasal dari Mataram dan masuk ke wilayah Kalibagor, Banyumas pada 1755.

Sebenarnya tari Lengger dibawakan oleh laki-laki tapi didandani layaknya perempuan. Sehingga seolah-olah tarian tersebut dibawakan oleh perempuan.

Tari Lengger Lanang diperkirakan muncul di Banyumas pada abad ke-18. Di mana pada masa itu Mangkunegaran VII memerintahkan tiga orang sastrawan berkeliling ke Jawa.

Kemudian menuliskan kehidupan masyarakat Jawa pada waktu itu.

Ketika berada di Banyumas, sastrawan tersebut menjumpai kesenian Lengger. Kesenian tersebut tertulis pada Serat Centhini.

Dikutip dari buku Kebudayaan, Idelogi, Revitalisasi, dan Digitalisasi Seni Pertunjukkan Jawa dalam Gawai (2020), dalam tradisi di Banyumas, tari Lengger Lanang diadaptasi dari tarian Ronggeng. Hanya saja Ronggeng dibawakan oleh penari perempuan.

Dalam sejarahnya, Ronggeng merupakan kesenian rakyat untuk ritual bersih desa dan panen dengan menari di punden (tempat yang disakralkan).

Seperi halnya tari Bedhaya kakung di Keraton Yogyakarta, ada alasan mengapa laki-laki yang kemudian menari.

Alasannya, karena perempuan tidak selalu dianggap berada dalam keadaan bersih. Ada masa ketika perempuan mengalami menstruasi yang dianggap sedang tidak bersih.

Alasan selanjutnya dalam tradisi Keraton Yogyakarta, perempuan hanya boleh menari di depan raja. Tradisi perempuan menari di depan umum (bukan di depan raja) baru terjadi pada abad ke-20.

Secara garis besar fungsi Lengger sebagai ritual. Pada masa itu, Lengger dimainkan di punden (tempat sakral), diperlukan waktu tersendiri untuk melakukan kesenian ini, biasanya pada masa panen atau bersih desa.

Pemain yang dipilih pun tidak sembarangan, yakni pemain yang dianggap bersih secara spiritual.

Babak pertama adalah babak Gamyongan, babak kedua babak Lenggeran, babak ketiga adalah babak Badhutan atau Bodhoran, dan yang terakhir adalah babak Baladewaan.

pada babak Lenggeran sering terjadi adanya adegan banceran atau para penonton khususnya laki-laki ikut menari bersama Lengger dengan memberi uang (sawer).

Lengger merupakan istilah Jarwo Dhosok atau gabungan kata yang mempunyai arti. Lengger "Darani Leng Jebule Jengger" yang dapat di artikan bahwa dikira wanita ternyata laki-laki.

Sekarang Lengger Banyumasan umumnya ditampilkan oleh kaum wanita, tetapi disebagian daerah masih memiliki Lengger lanang dengan penari laki-laki yang berdandan layaknya perempuan.

Makna Tari Lengger

Kesenian Lengger Banyumasan merupakan sebuah kesenian yang memiliki kesuburan dan religi.

Masyarakat Banyumas percaya jika kesenian tersebut mengandung nilai kesuburan. Masyarakat menganggap Lengger adalah "Ana Celeng Gawe Geger", yang artinya pada zaman dahulu ketika musim panen tiba, Babi hutan atau Celeng dari hutan turun ke lahan pertanian untuk merusak yang sedang panen tersebut.

Sehingga membuat masyarakat gagal panen. Kemudian masyarakat punya ide untuk mengusir binatang-binatang tersebut dengan berbagai macam tetabuhan dan bunyi-bunyian.

Di mana dibunyikan secara bersamaan oleh kaum pria, untuk kaum wanita melakukan gerakan secara spontan dengan melambai-lambaikan tangan ke kanan dan ke kiri untuk mengusir binatang dengan mengikuti alunan musik.

Kegiatan tersebut terus dilakukan hingga menjadi sebuah tradisi dengan lahirnya kesenian Lengger Banyumasan di masyarakat.

Dulu sebelum melakukan pertunjukkan, penari akan melakukukan ritual terlebih dahulu seperti, puasan senin dan kamis, atau bermeditasi di tempat tertentu.

Itu dilakukan untuk mengundang indang (roh yang merasuki penari Lengger).

Seorang yang memperoleh indang dapat menari dan menembang sangat baik tanpa berlatih.

Gerak Tari Lengger

Gerak tari Lenggersangat sederhana dan belum ada pakem untuk detail geraknya. Pada dasarnya masyarakat dahulu belum memiliki keterampilan yang khusus, seperti halnya yang di sebut Lengger "geleng-geleng, lengang lenggeng gawe geger”.

Untuk busana yang dikenakan yaitu mekak, kain jarik, dan sampur. Pada bagian kepala menggunakan sanggul jawa atau konde dengan perhiasan yang masih sederhana yaitu sisir yang dari belahan tanduk kerbau yang bentuknya menyerupai sirkam.

Perhiasan tersebut dahulu disebut dengan cundhuk, kemudian ada menthul dan giwang. Untuk iringan musik gamelan atau lebih spesifik lagi seperangkat alat musik calung.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/15/191000169/tari-lengger-lanang-tarian-tradisional-banyumas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke