Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kerajaan Jawa dan Kekuatan Bangsa Eropa

KOMPAS.com - Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan kota-kota di pesisir utara Jawa ramai dikunjungi pedagang manca negara.

Kota-kota tersebut di antaranya, Sunda Kelapa, Cirebon, Jepara, Pati, Kudus, Tuban, Gresik, dan Surabaya. Ada pula daerah baru yang berkembang sebagai kota dagang, yaitu Banten.

Dilansir dari buku Sejarah Nasional Indonesia VI (1990) karya Marwati Djoened, para penguasa Jawa melihat Portugis sebagai musuh dan ganjalan dalam perdagangan. Salah satunya Jepara yang dinilai sebagai saingan utama dalam perdagangan lada.

Kemudian Demak sebagai pengekspor beras ke Malaka, menjadi rugi setelah kota tersebut jatuh ke tangan Portugis. Faktor-faktor tersebut mendorong Demak, Jepara, dan Kudus bersatu untuk menyerang Malaka.

Ekspedisi penyerangan dilakukan pada tahun 1513 di bawah Pati Unus. Ekspedisi tersebut terdiri dari 100 kapal dengan 5.000 prajurit gabungan dari Jepara dan Palembang. Namun, penyerangan tersebut berhasil digagalkan Portugis.

Tak berhenti disitu, pada 1551, Jepara kembali mengirimkan ekspedisinya membantu Johor untuk menyerang Malaka Portugis. Namun, kembali mengalami kegagalan.

Kegagalan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara dalam merebut malaka karena kekuatan Islam di Nusantara tidak mau bersatu melawan Portugis maupun VOC (Belanda). Bahkan di antara kerajaan-kerajaan tersebut saling mencurigai, akibatnya Malaka jatuh di tangan kolaborasi Johor dan VOC.

Eksistensi kerajaan-kerajaan maritim Jawa kecuali banten, tidak bertahan lama. Kekuatan mereka sebagai kerajaan maritim terus merosot karena munculnya kekuatan baru di pedalaman Jawa, yaitu Mataram.

Kerajaan Mataran berdiri sejak 1575 terus menerus melakukan penyerangan terhadap kerajaan-kerajaan maritim, khususnya di pantai utara Jawa dan Batavia.

Bayangan untuk menjatuhkan Majapahit terus menghantui Mataram dan membuat mereka berupaya mematikan sumber pendukung politik dan ekonomi kerajaan-kerajaan Majapahit. Secara tidak langsung mematikan perdagangan laut mereka.

Banten saat itu mengizinkan VOC dan EIC membuka kantor dagangnya di kota pelabuhan. Demikian juga Pangeran Jayakarta mengundang VOC untuk membuka kantor dagang di kotanya. Namun, politik monopoli VOC justru merugikan kekuasaan Jayakarta.

Sehingga pangeran Jayakarta bersekutu dengan EIC yang ternyata juga merasa dirugikan oleh VOC. Di saat VOC mengalami kritis kekuatan di Jayakarta, datang bantuan dari raja Banten yang curiga atas tindakan Pangeran Jayakarta.

Raja Banten menilai Pangeran Jayakarta membahayakan kedudukan Banten. Sehingga Banten menangkap Raja Jayakarta dan mengusir EIC. Saat terjadi kekosongan kekuatan di Jayakart, VOC menggunakan kesempatan itu untuk menyerang Jayakarta dengan kekuatan yang didatangkan dari Maluku.

Jayakarta mengalami kekalahan dan jatuh ke tangan VOC. VOC mengubah namanya menjadi Batavia. Setelah berhasil menguasai, kantor pusat dagang VOC dari Ambon dipindah ke Batavia.

Namun, untuk menguasai seluruh perdagangan di Nusantara, VOC harus menunggu waktu. Hal ini karena ada dua hal, yaitu:

https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/10/190000369/kerajaan-jawa-dan-kekuatan-bangsa-eropa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke