Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perkembangan Teknologi Komunikasi

Bagi sebagian orang, ponsel menjadi kebutuhan utama seperti halnya sandang, pangan, dan papan.

Tahukah kamu bagaimana dunia sebelum ada ponsel? Berikut perkembangan teknologi komunikasi seperti dirangkum dari Encyclopaedia Britannica (2015).

Ini digunakan oleh peradaban China Kuno dan Indian di benua Amerika.

Di Indonesia, masyarakat di desa dan kampung masih menggunakan kentongan dan lesung sebagai penanda.

Kentongan merupakan salah satu fungsi alat musik sebagai saran komunikasi.

Hari ini, sinyal menggunakan asap masih digunakan di Vatikan sebagai simbol penunjukan Paus baru.

Sementara sinar cahaya, dimanfaatkan di jalan dengan bentuk lampu lalu lintas.

Surat

Setelah manusia mengenal tulisan dan kertas, surat menyurat mulai digunakan.

Di zaman dahulu, merpati bisa dilatih sebagai pengantar surat.

Ketika perang, kertas bisa dimasukkan ke wadah besi yang diikatkan di kaki merpati, kemudian diterbangkan ke lokasi yang dituju.

Lama kelamaan, surat dikirimkan lewat sistem pos seperti yang masih dilakukan saat ini.

Telegram

Pada 1837, kawat dan listrik yang dirangkai mampu menjadi pesawat pengirim pesan.

Teknologi itu dinamai telegraf. Mesin telegraf mampu mengirimkan berita atau pesan yang disebut telegram.

Telegram berisi pesan singkat dari rangkaian kode untuk huruf yang biasa dikenal dengan Kode Morse, sesuai nama penemunya Samuel Morse.

Telepon

Setelah telegraf, pada 1876 Alexader Graham Bell menemukan telepon.

Telepon mampu menghantarkan suara dari satu telepon ke telepon lainnya. Telepon zaman dulu bentuknya masih menggunakan kawat.

Lama kelamaan, telepon menggunakan sinyal satelit, bahkan kini ponsel tak membutuhkan sambungan kabel.

Penyiaran radio jarak jauh memanfaatkan stasiun penghubung (relay).

Radio awalnya menggunakan listrik. Namun setelah ditemukan transistor, radio dapat menggunakan baterai.

Di Indonesia, radio sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang.

Setelah merdeka, ada Radio Republik Indonesia (RRI) yang dimiliki negara. Lambat laun, berkembang juga radio swasta.

Beberapa radio swasta Indonesia yang bertahan hingga saat ini seperti Prambors, Elshinta, dan Sonora.

Sejarah mencatat, koran pertama di dunia, Acta Diurna, terbit di Kekaisaran Romawi pada tahun 59 sebelum masehi.

Sedangkan di Indonesia, Medan Prijaji yang terbit di Bandung pada Januari 1907 hingga Januari 1912 diakui sebagai surat kabar nasional pertama.

Ini karena Medan Prijaji menggunakan bahasa Melayu dan pemilik serta pekerja orang pribumi asli.

Sementara majalah, terbit berkala setiap minggu, dua minggu, atau bulanan. Media cetak baik surat kabar maupun majalah mengalami puncaknya pada 1990-an hingga 2000-an awal.

Beberapa surat kabar yang masih eksis hingga hari ini yakni Kompas, Jawa Pos, Keadilan Rakyat, Pikiran Rakyat, Bisnis Indonesia, dan Media Indonesia.

Sementara majalah yang populer di Indonesia yakni Tempo, Gatra, Intisari, dan Suara Muhammadiyah.

Namun televisi baru populer di pertengahan abad ke-20. Televisi awalnya hitam putih, namun kemudian berwarna.

Stasiun televisi pertama di Indonesia yang dimiliki pemerintah, TVRI, dilahirkan untuk menayangkan Asian Games 1962.

Stasiun televisi swasta baru muncul di tahun 1990-an. Televisi swasta yang masih ada hingga saat ini yakni RCTI, SCTV, ANTV, Metro TV, dan Trans TV.

Kini, pesawat televisi modern atau Smart TV, sudah dilengkapi dengan internet.

Internet

Seluruh alat dan media yang disebutkan di atas, kini berbentuk digital dan bisa diakses lewat internet.

Televisi kini digantikan oleh teknologi streaming. Surat kabar dan majalah digantikan oleh media online.

Sambungan telepon kini bisa menjadi telekonferensi dan menampilkan video.

Hari ini, hampir seluruh teknologi komunikasi bisa diakses berkat internet. Alatnya pun, ponsel dan komputer, semakin canggih.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/18/060000669/perkembangan-teknologi-komunikasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke