Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Menelaah Kembali Daya Tarik Jakarta sebagai Kota Tujuan Migran

Kompas.com - 18/06/2023, 15:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Inayah Hidayati

TUNGGULAH aku di Jakartamu
Tempat labuhan semua mimpiku
Tunggulah aku di kota itu
Tempat labuhan semua mimpiku

Baca juga: Ancaman Jakarta Tenggelam, Pemindahan IKN Saja Tak Akan Mencegahnya

Lirik lagu ‘Tunggu Aku di Jakarta’ yang dipopulerkan oleh Sheila on 7 pada tahun 2000-an hingga saat ini masih sangat relevan dengan fenomena migrasi penduduk ke Jakarta.

Masa arus balik Idulfitri biasanya menjadi momentum bagi pendatang baru ke Jakarta. Tidak sedikit ditemui wajah-wajah yang masih gugup di terminal, stasiun maupun bandara.

Ekspresi waswas bercampur dengan antusias tiba di kota penuh harapan.

Salah satu faktor yang mendorong para calon migran untuk mengadu nasib di Jakarta adalah melihat, mendengar dan merasakan cerita-cerita keberhasilan dari para migran sebelumnya yang pulang kampung.

Pengalaman kerabat, tetangga dan teman yang berhasil di Jakarta menjadi pendorong para calon migran untuk memutuskan pergi mencari pekerjaan di sana.

Informasi lowongan pekerjaan biasanya berasal dari koneksi dan pertemanan mereka. Sebagai contoh, migran yang pulang kampung mengajak tetangganya untuk ikut ke Jakarta untuk bekerja sebagai buruh di proyek pembangunan tempatnya bekerja.

Ada pula seorang karyawan di perusahaan startup menginformasikan kebutuhan designer di timnya. Informasi ketersediaan lapangan pekerjaan ini tentu saja semakin meyakinkan calon migran untuk merantau.

Apalagi dengan ditambah informasi jumlah upah dan lembur yang akan didapat, semakin bersemangatlah para pencari kerja mulai dari buruh hingga pekerja profesional untuk indah ke Jakarta dengan tujuan utama bekerja.

Jakarta rumah jutaan migran

Sebagai pusat pemerintahan dan bisnis, Jakarta tumbuh dengan pesat. Kini Jakarta bisa disejajarkan dengan Singapura, Shanghai, London hingga New York.

Baca juga: BERITA FOTO: Penyebab Kualitas Udara Jakarta Juni Lalu Terburuk di Dunia

Pembangunan kota dan sarana pendukungnya termasuk sistem transportasi yang terpadu menjadikan Jakarta berkembang secara masif.

Lahan Jakarta yang terbatas membuat pembangunan hunian mengarah pada hunian vertikal. Migran pendatang dengan kapasitas dan akses sosial ekonomi yang lebih baik bisa mengakses tempat tinggal yang lebih baik seperti tinggal di apartemen maupun tempat tinggal eksklusif lainnya.

Namun dibalik gedung-gedung yang megah, perkembangan perkotaan biasanya menyisakan beberapa permasalahan.

Pemadatan penduduk dan pemukiman merupakan permasalahan perkotaan yang banyak ditemui dan ujung-ujungnya menumbuhkan slumps area atau lingkungan perumahan yang kumuh diantara ruang-ruang terbangun di kota-kota besar.

Penyebab utama dari lingkungan kumuh di perkotaan ini diantaranya karena adanya urbanisasi besar-besaran ke Jakarta sejak tahun 1950-an.

Kawasan kumuh yang identik dengan penduduk miskin terjadi karena para migran pendatang yang sebagian besar berasal dari desa memiliki latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya yang berbeda beda.

Para migran ini melakukan urbanisasi karena menginginkan kehidupan yang lebih baik dan memiliki harapan besar pada kota karena menurut sudut pandang mereka kota akan memberikan kehidupan alternatif dan kesempatan yang tersembunyi.

Namun, ternyata kehidupan di kota besar sangatlah jauh dari harapan migran yang berasal dari golongan ekonomi lemah.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Juni Lalu Terburuk di Dunia, Apa Penyebabnya?

Pertumbuhan penduduk yang cepat akan semakin membuat kehidupan di kota menjadi tidak toleran bagi kaum miskin dan hanya menguntungkan bagi kaum yang kuat secara ekonomi.

Keadaan yang demikian akan mengakibatkan timbulnya permukiman kumuh atau slumps area yang dihuni para urbanit kendala sosial ekonominya dan desakan untuk terus bertahan hidup di tengah kehidupan perkotaan yang serba sulit.

Migran yang tidak memiliki keterampilan dan pekerjaan yang jelas merupakan salah satu dari banyak kelompok migran yang menjadi beban bagi pemerintah kota.

Karakteristik utama dari kelompok ini adalah mereka umumnya datang dari latar belakang ekonomi yang rendah dan memiliki tingkat pendidikan yang terbatas.

Karena mereka tidak memiliki keterampilan khusus, migran ini seringkali menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan yang layak dan berpenghasilan tinggi.

Akibatnya, mereka rentan mengalami kemiskinan dan menjadi beban bagi pemerintah kota dalam hal bantuan sosial, perumahan, dan layanan kesehatan.

Kondisi tersebut menjadi alasan bagi Pemerintah DKI Jakarta untuk mengeluarkan himbauan kepada para pemudik agar tidak membawa anggota keluarganya ke Jakarta, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan keterampilan.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah migran yang masuk ke Jakarta dan membebani pemerintah kota. Karena jika migran terus berdatangan ke kota, mereka dapat menimbulkan tekanan pada infrastruktur kota seperti air bersih, sanitasi, dan fasilitas kesehatan.

Hal ini tentu saja akan menambah beban APBD DKI Jakarta yang sudah cukup besar.

Baca juga: Polusi Udara Jakarta Bisa Sebabkan Gangguan Sistem Pernapasan, Ini Cara Mencegah Paparannya

Jakarta tanpa status ibu kota: Apakah masih menarik para migran?

Ilustrasi Jakarta.Dok. UNSPLASH/Azka Rayhansyah Ilustrasi Jakarta.

Adanya pro kontra dan berbagai permasalahan yang membelenggu, Jakarta masih menarik bagi para migran karena peluang pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik.

Selain itu, Jakarta juga memiliki berbagai fasilitas publik seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan pusat pendidikan yang membuat kota ini semakin menarik sebagai tempat tinggal.

Meskipun begitu, Sensus Penduduk 2020 yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa ada penurunan laju pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta sebesar 0,49 persen per tahun dibandingkan dengan periode 2000-2010.
Penurunan pertumbuhan penduduk ini diduga disebabkan oleh migrasi keluar yang signifikan dari DKI Jakarta yang melebihi migrasi masuk, sehingga menyebabkan migrasi neto yang negatif.

Berdasarkan data Supas 2015, terlihat bahwa antara tahun 2010 dan 2015, migrasi neto di DKI Jakarta mencapai -23, yang artinya 23 dari 1000 penduduk keluar dari DKI Jakarta.

Migrasi ulang-alik komuter yang semakin besar dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tingginya migrasi keluar dari DKI Jakarta. Hal ini terjadi karena semakin banyak penduduk yang memilih untuk tinggal di luar Jakarta dan bekerja di Jakarta, sehingga mereka melakukan perjalanan bolak-balik setiap harinya.

Awalnya, migrasi ulang-alik komuter dapat membantu mengurangi biaya hidup yang tinggi di Jakarta dengan memberikan kesempatan bagi penduduk untuk tinggal di daerah sekitar Jakarta yang lebih terjangkau secara finansial.

Baca juga: Jakarta Jadi Ibu Kota Ranking Ke-12 Paling Berpolusi di Dunia

Namun, semakin banyak penduduk yang memilih untuk tinggal di luar Jakarta dan melakukan perjalanan bolak-balik ke Jakarta setiap harinya karena akses dan pilihan transportasi menuju dan keluar Jakarta sangat beragam dan tergolong murah.

Situasi seperti ini membuat Jakarta tetap menarik bagi para migran meskipun tidak lagi menjadi ibu kota.

Meskipun banyak yang memilih untuk tidak tinggal di Jakarta, kota ini tetap menjadi pusat pekerjaan dan bisnis yang besar di Indonesia.

Sebagai gantinya, banyak dari mereka memilih untuk tinggal di kota-kota sekitar Jakarta seperti Depok, Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Tangerang Selatan yang menyediakan akses transportasi yang mudah dan terjangkau untuk berpergian ke Jakarta.

Inayah Hidayati
Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com