Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi pada Tubuh Manusia saat Mendaki Puncak Everest?

Kompas.com - 03/01/2023, 18:34 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia, dan banyak pendaki gunung yang ingin menaklukkan ketinggian gunung tersebut.

Namun, risiko pendakian sangatlah berbahaya, sebab tubuh manusia dapat menghadapi ancaman kesehatan yang serius.

Baca juga: Mengenal Kambing Gunung, Hewan yang Bisa Mendaki Tebing Curam

Tubuh manusia berfungsi dengan baik saat berada di permukaan laut karena kadar oksigen cukup untuk otak dan paru-paru kita.

Akan tetapi, berbeda ceritanya jika tubuh manusia berada di daerah ketinggian, misalnya saat berada di puncak Gunung Everest yang memiliki ketinggian hingga 8.848 meter.

Risiko mendaki Gunung Everest dapat membuat tubuh manusia tak dapat berfungsi dengan baik saat berada di ketinggian. Oleh karenanya, saat manusia mendaki hingga puncak Everest, kita harus berani menghadapi apa yang dikenal sebagai 'zona kematian'.

Itu adalah daerah dengan ketinggian di atas 8000 meter, di mana oksigen sangat sedikit, bahkan bisa 40 persen lebih rendah, sehingga tubuh dapat mulai mati perlahan.

Kondisi tubuh saat di puncak Gunung Everest

Di zona kematian, otak dan paru-paru pendaki dapat mengalami kekurangan oksigen, yang bisa meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Otak Saat Kita Muntah?

Bahkan, jika seorang pendaki berada dalam kondisi yang sangat ekstrem, maka saat mendaki Gunung Everest, tubuh mereka seakan terasa seperti sedang berlari di atas treadmill dan bernapas melalui sedotan.

Itu lah mengapa tubuh pendaki harus menyesuaikan diri dengan kondisi minimnya oksigen, sebelum mereka mencoba mencapai puncak Gunung Everest.

Kekurangan oksigen, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (2/1/2023) dapat mengakibatkan banyak sekali risiko kesehatan.

Saat jumlah oksigen dalam darah turun di bawah tingkat tertentu, maka detak jantung akan melonjak hingga 140 detak per menit, lalu meningkatkan risiko serangan jantung.

Ekspedisi Gunung Everest umumnya, para pendaki harus melakukan setidaknya tiga perjalanan mendaki gunung dari Everest Base Camp sejauh beberapa ribu meter lebih tinggi, dengan setiap perjalanan berturut-turut sebelum mencapai puncak.

Selama minggu-minggu itu di ketinggian, tubuh akan mulai membuat lebih banyak hemoglobin untuk mengimbanginya.

Kendati terlalu banyak hemoglobin pun, risiko yang dihadapi pendaki yakni darah dapat mengental dan membuat jantung lebih sulit memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini lah yang bisa menyebabkan stroke atau penumpukan cairan di paru-paru.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Setelah Meninggal Dunia? Sains Jelaskan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com