Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Subvarian BA.4 dan BA.5 Banyak Dialami Orang Usia Produktif, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 24/06/2022, 18:30 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia mulai mengalami peningkatan. Dokter mengungkapkan infeksi dari dua keturunan Omicron ini banyak dialami orang usia produktif. 

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per Kamis 23 Juni 2022, sudah ada 143 kasus subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia.

Sebanyak 122 pasien dari kasus Covid-19 di Indonesia yang tercatat, di antaranya terinfeksi subvarian BA.5, sementara 21 kasus lainnya terinfeksi subvarian BA.4.

Dipaparkan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan, SpP(K), dari keseluruhan kasus BA.4 dan BA.5 yang tercatat mayoritas dialami oleh orang berusia produktif.

Adapun detail kasus Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5 adalah sebagai berikut:

Kasus subvarian BA.4:

  • Usia 30-39 tahun (35 persen)
  • Usia 20-29 tahun (25 persen)
  • Usia 40-49 tahun (5 persen)
  • Usia 50-59 tahun (5 persen)
  • Usia 60-69 tahun (5 persen)
  • Usia 70-79 tahun (5 persen)
  • Usia 80-89 tahun (5 persen)
  • Usia 0-9 tahun (5 persen)

Baca juga: Karakteristik Subvarian BA.4 dan BA.5 Mirip Omicron BA.2, Pakar Jelaskan

"Gendernya (kasus subvarian BA.4 dan BA.5) yang terbanyak adalah laki-laki, yang terbanyak adalah Warga Negara Indonesia. Ini menunjukkan bahwa penularannya sudah bersifat lokal, bukan lagi imported cases," terang Erlina dalam webinar, Kamis (23/6/2022).

Menurutnya, ada sekitar 48 persen pasien BA.4 yang bergejala, 19 persen tidak bergejala, dan selebihnya belum ada data.

"Kemudian ternyata umumnya pasien (dengan BA.4) sudah mendapatkan vaksinasi. Jadi cukup banyak yang sudah vaksinasi, 62 persen sudah dosis ketiga, 24 persen sudah dosis kedua, sekitar 5 persen belum divaksin," imbuhnya.

Lebih lanjut, dia berkata, hanya dua orang saja dari 21 kasus subvarian BA.4 yang dirawat di rumah sakit.

"Jadi memang yang berat hanya sedikit jumlahnya. Dan juga ternyata kasus (Covid-19 subvarian BA.4) tersebut teridentifikasi mempunyai komorbid," ungkap Erlina.

Baca juga: Gejala Subvarian BA.4 dan BA.5 yang Paling Sering Dikeluhkan di Indonesia

Ilustrasi Omicron siluman, subvarian BA.1, subvarian BA.2, subvarian BA.3, subvarian Omicron.freepik Ilustrasi Omicron siluman, subvarian BA.1, subvarian BA.2, subvarian BA.3, subvarian Omicron.

Kasus subvarian BA.5

  • Usia 30-39 tahun (22 persen)
  • Usia 20-29 tahun (19 persen)
  • Usia 50-59 tahun (15 persen)
  • Usia 40-49 tahun (14 persen)
  • Usia 0-9 tahun (7 persen)
  • Usia 60-69 tahun (5 persen)
  • Usia 80-89 tahun (2 persen)
  • Usia 70-79 tahun (1 persen)

"Kita lihat juga lebih dari separuhnya dari DKI, dan yang terbanyak juga laki-laki, dan 92 persen adalah masyarakat Indonesia sendiri. Hanya 8 persen yang orang asing," tuturnya.

Disampaikan pula bahwa sebanyak 63 persen pasien BA.5 bergejala, tanpa gejala sebanyak 6 persen, dan dalam tahap identifikasi sebesar 31 persen.

 

Sebanyak 51 persen pasien dengan infeksi BA.5 diketahui sudah divaksin tiga dosis atau booster, 23 persen divaksinasi lengkap, dan 10 persen belum divaksin.

Kabar baiknya, mereka yang mendapatkan vaksinasi booster disebut memiliki gejala lebih ringan saat terinfeksi subvarian BA.5.

Dokter Erlina membeberkan sejumlah data dari pasien yang terinfeksi BA.5 dan sudah di-booster Moderna mengalami gejala demam, batuk pilek, nyeri tenggorokan hingga flu.

Baca juga: Tetap Pakai Masker dan Segera Booster, Subvarian BA.4 dan BA.5 telah Terdeteksi di Indonesia

Ilustrasi varian Omicron. Subvarian BA.2 dijuluki sebagai Son of Omicron. Studi ungkap Son of Omicron ini lebih cepat menular dari subvarian sebelumnya.SHUTTERSTOCK/Naeblys Ilustrasi varian Omicron. Subvarian BA.2 dijuluki sebagai Son of Omicron. Studi ungkap Son of Omicron ini lebih cepat menular dari subvarian sebelumnya.

Sedangkan mereka yang sudah di-booster dengan vaksin Pfizer mengalami batuk, demam, pilek, bahkan ada yang tidak bergejala.

Di samping itu, pasien yang sudah divaksinasi dosis kedua dengan Sinovac juga mengalami gejala ringan seperti demam, batuk, pilek, serta nyeri tenggorokan.

Sayangnya, dia tidak merincikan gejala apa yang paling banyak dialami pasien dengan BA.4 yang sudah divaksinasi booster.

Meski begitu, ada beberapa gejala subvarian BA.4 yang paling banyak dikeluhkan antara lain:

  • Batuk (38 persen)
  • Demam (29 persen)
  • Nyeri tenggorokan (24 persen)
  • Pilek dan flu (9 persen)

Baca juga: Dokter Ingatkan Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Bisa Menginfeksi Anak-anak

Sementara gejala subvarian BA.5 yang paling banyak dikeluhkan ialah:

  • Batuk (30 persen)
  • Demam (25 persen)
  • Pilek (19 persen)
  • Nyeri tenggorokan (14 persen)
  • Sakit kepala (6 persen)
  • Mual muntah (3 persen)
  • Sesak napas (2 persen)
  • Anosmia (1 persen)

"Ini ringan-ringan saja memang demam, batuk, nyeri tenggorok dan seterusnya dan juga ada yang tidak bergejala. Di (rumah sakit) Persahabatan juga demikian data-data Omicron, yang terbanyak batuk kering memang, nyeri tenggorok dan letih," jelas Erlina.

Sebagai tambahan informasi, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sendiri sudah teridentifikasi di berbagai wilayah seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

Sejauh ini, wilayah yang paling banyak melaporkan kasus adalah DKI Jakarta yang di antaranya 15 kasus subvarian BA.4, dan 71 subvarian BA.5.

Baca juga: Sudah 8 Kasus Subvarian BA.4 dan BA.5 yang Teridentifikasi di Indonesia, Apa Saja Gejalanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com