Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di Indonesia Meningkat, Benarkah karena Libur Lebaran 2022? Ini Kata Ahli

Kompas.com - 13/06/2022, 13:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, kasus harian Covid-19 di Indonesia kembali meningkat hingga lebih dari 500 kasus. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus konfirmasi Covid-19 mencapai 551 per Minggu (12/6/2022).

Sejumlah pihak mencurigai hal ini disebabkan karena libur Lebaran 2022. Benarkah demikian?

Menurut Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Dr dr Andani Eka Putra, MSc, melonjaknya kasus infeksi di Indonesia umumnya disebabkan karena munculnya varian baru.

Kondisi itu dapat dilihat dari setelah Idul Adha 2020, yang mana tidak terjadi peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia secara signifikan, lantaran tidak ditemukan varian baru.

Baca juga: Tren Kasus Covid-19 Meningkat Lagi, Epidemiolog: Kebijakan Lepas Masker Berisiko

Lalu, pada Natal dan tahun baru (Nataru) 2020 menuju 2021 tidak banyak kasus yang meningkat. Sebab, pada saat itu varian virus corona yang ada di Indonesia hanya ada dua, yakni varian asli Wuhan serta B1466.2.

Berbeda dengan pasca Idul Fitri 2021, yaitu saat varian Delta ditemukan dan mengakibatkan peningkatan kasus yang sangat signifikan. Di tahun yang sama, terjadi pula lonjakan kasus infeksi pasca libur Nataru.

"Pada Idul Fitri 2021 itu kita menemukan Delta. Delta itulah yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus. Pada Nataru 2021 peningkatan kasus dipengaruhi oleh Omicron. Maka Omicron-lah yang memicu terjadinya peningkatan kasus," terang Andani dalam webinar, Minggu (12/6/2022).

Meski saat ini terjadi peningkatan, lanjut dia, angkanya masih di bawah 1.000 kasus per hari. Pasca libur Idul Fitri 2022, juga tidak ditemukan varian baru virus corona, sehingga tak tampak peningkatan kasus yang ekstrem.

"Sebenarnya peningkatan kasus faktor yang paling dominan adalah munculnya varian yang sangat infeksius. Jadi bukan karena mobilitas, mobilitas hanya menambah (kasus). Sepanjang tidak ada varian (baru), tidak akan terjadi ledakan," imbuhnya.

Dampak subvarian BA.4 dan BA.5 terhadap peningkatan kasus Covid-19

Seiring dengan meningkatnya kasus infeksi Covid-19, pemerintah mengumumkan telah mengidentifikasi subvarian BA.4 dan BA.5 di DKI Jakarta serta Bali.

Kini, ada delapan pasien yang diketahui terpapar subvarian Omicron tersebut. Dokter Andani menyebut potensi peningkatan kasus akibat BA.4 dan BA.5 bisa saja terjadi, namun kecil kemungkinannya.

"Saya tidak terlalu yakin juga apakah varian BA.4 dan BA.5 betul-betul akan mampu menimbulkan peningkatan seperti BA.1, BA.2, seperti Omicron di awal-awal dulu," ungkapnya. 

Baca juga: Sudah 8 Kasus Subvarian BA.4 dan BA.5 yang Teridentifikasi di Indonesia, Apa Saja Gejalanya?

 

Mengutip data yang ada, Andani membeberkan kasus pertama subvarian BA.5 di DKI Jakarta didapat dari pengambilan sampel pada 15 Mei 2022, dan hasil sequencing-nya dilaporkan tanggal 6 Juni 2022.

Selanjutnya, ada tambahan dua kasus BA.5 pada 23 Mei 2022 serta satu kasus BA.4 pada 2 Juni 2022. Per tanggal 15 Mei sampai 2 Juni 2022 total sampel yang diperiksa whole genome sequencing (WGS) di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencapai 52 sampel.

"Logika kita adalah kalau misalnya BA.5 itu sudah ada 15 Mei, kasusnya sudah mulai menyebar. Kasusnya sudah mulai banyak. Tapi kenyataannya tidak. Selama dari 15 Mei hingga 2 Juni, sekitar 17 hari itu, ternyata BA.5 tambahnnya sekitar 2 kasus," ujarnya.

Baca juga: Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Diidentifikasi di Indonesia, Ini Antisipasi Kemenkes

Diperkirakan kasus BA.4 pada periode tersebut hanya mencapai 1,9 persen dan BA.5 sebanyak 5,8 persen. Dari data yang ada, Andani menyimpulkan subvarian yang masih mendominasi saat ini adalah BA.2.

"Dugaan saya belum ada hubungan antara peningkatan kasus dengan munculnya BA.4 dan BA.5," tutur Andani. 

Namun, dia masih menunggu data dari penelitian lebih lanjut terkait dengan hubungan BA.4 dan BA.5 terhadap peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.

Menurutnya, analisis terhadap sebaran BA.5 dan BA.4 melalui strategi WGS yang masif di daerah dengan peningkatan kasus, hospitalisasi, dan kematian seperti menjadi salah satu upaya untuk mendeteksi apakah subvarian itu menyebabkan peningkatan kasus.

"Sehingga kita tahu apakah peningkatan itu terjadi karena varian baru BA.4 dan BA.5 atau memang varian BA.2 saja," pungkasnya.

Baca juga: Kebijakan Lepas Masker di Luar Ruangan, Ini Saran Dokter Paru Mencegah Paparan Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com