Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Kaitkan Dampak Perubahan Iklim dengan Wabah DBD di Singapura

Kompas.com - 10/06/2022, 09:01 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber CNN

 

Dampak demam berdarah dengue 

Para ahli pun memperingatkan Singapura merupakan wilayah yang beriklim tropis, dan menjadi tempat bagi nyamuk Aedes Aegypti -- pembawa virus berkembang biak.

Peningkatan kasus demam berdarah dengue bisa berdampak bukan hanya di Singapura, tetapi juga seluruh dunia.

DBD sendiri dapat menyebabkan gejala seperti flu, demam tinggi, sakit kepala parah dan nyeri tubuh. Dalam kasus ekstrem, pasien bisa mengalami pendarahan, kesulitan bernapas, kegagalan organ, bahkan kematian.

"Dengue adalah penyakit musiman dan begitu (cuaca) berubah menjadi panas dan kering, saya biasanya mulai melihat lebih banyak pasien datang," jelas dokter di salah satu klinik di pusat kota Singapura, Clarence Yeo Sze Kin.

Baca juga: Virus Dengue DBD Juga Berevolusi, Apa Bedanya Sekarang dan Dulu?

Juru Bicara Kementerian di Singapura memastikan sebagian besar kasus demam berdarah tidak memerlukan rawat inap atau perawatan intensif. Hanya ada sekitar 10 persen kasus DBD di sana yang memerlukan rawat inap di rumah sakit.

"Namun, beberapa individu dapat mengembangkan demam berdarah parah yang mengakibatkan kematian," kata dia.

Oleh sebab itu, pemerintah meminta para tenaga medis meningkatkan manajemen klinis terkait kasus yang dicurigai merupakan demam berdarah dengue.

Badan Lingkungan Nasional Singapura turut memprediksi kasus demam berdarah, akan terus meningkat tajam dalam beberapa bulan ke depan.

"Deteksi cepat dan pemusnahan habitat perkembangbiakan nyamuk sangat penting dalam mengurangi populasi vektor nyamuk," kata badan tersebut.

“Kami mengimbau kepada seluruh warga untuk tetap waspada, dan memeriksa rumah mereka secara menyeluruh setidaknya sekali seminggu untuk setiap genangan air," sambungnya.

DBD adalah penyakit endemik

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan DBD adalah penyakit endemik, yang sudah diidentifikasi di lebih dari 100 negara. Pada Januari 2022, mereka mencatat kasus infeksi telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir.

Sepanjang tahun 2018, ada sebanyak 5,2 juta kasus demam berdarah dengue di seluruh dunia. Menurut WHO, wabah penyakit yang menyebar di seluruh Asia itu menewaskan ribuan orang di tahun tersebut.

Berkaitan dengan kondisi ini, para ahli mempertanyakan seperti apa keputusan yang diambil politisi maupun pembuat kebijakan untuk menghadapi perubahan iklim, dan mempersiapkan efeknya.

Jika tidak dilakukan, dunia berpotensi menghadapi dampak penyakit yang ditularkan dari nyamuk kepada manusia.

Baca juga: Perubahan Iklim Berpotensi Sebabkan Pandemi Berikutnya, Studi Jelaskan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com