Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2022, 13:30 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber ,Kemendikbud

KOMPAS.com - Sosok Raden Ajeng Kartini telah mahsyur di masyarakat Indonesia. Kegemarannya mengungkapkan pandangan dan pikirannya melalui tulisan, nama RA Kartini menjadi abadi, dengan ditetapkan sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia.

Hari lahirnya, 21 April, dirayakan sebagai salah satu hari peringatan nasional yaitu Hari Kartini.

Wanita kelahiran Jepara, Jawa Tengah ini mernjadi sosok figur emansipatoris, berjuang keras untuk kesetaraan bagi para wanita di Indonesia.

RA Kartini memperjuangkan kesetaraan wanita karena saat itu keberadaan kaum hawa seringkali tidak dihargai, termasuk tak diberikan hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Kartini sebenarnya hanyalah seorang perempuan Jawa biasa yang lahir di keluarga bangsawan. Gagasan yang dimilikinya telah menjadikan sejarah mengenangnya sebagai sosok luar biasa.

Baca juga: Meneladani Kartini, Para Peneliti Perempuan Berjuang untuk Kemajuan Riset di Indonesia

Sebagai seorang putri dari Bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Kartini memang beruntung bisa mengenyam pendidikan walaupun masih dalam keterbatasan. Pendidikan tersebut mampu membuatnya membaca dan menulis, bahkan dalam bahasa Belanda.

Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV dari Demak, juga dikenal sebagai bangsawan yang terbuka terhadap peradaban barat.

Sikap terbuka ini juga diwariskan ayah Kartini, yang menyebabkan anak perempuannya dapat berinteraksi dengan beberapa orang Belanda.

Salah satu orang Belanda yang berpengaruh dalam hidup Kartini adalah Marie Ovink-Soer, istri dari seorang pegawai administrasi kolonial Hindia-Belanda di Jawa Tengah.

Ovink-Soer menjadi sahabat RA Kartini untuk mencurahkan hati akan banyak hal, terutama kondisi perempuan yang dikekang adat dan tradisi.

Berkat sahabatnya ini pun, Kartini mengenal gerakan feminisme di Belanda sejak usia 20 tahun, dengan diperkenalkan pada jurnal beraliran feminisme De Hollandshce Lelie.

Di jurnal inilah perempuan kelahiran 21 April 1879 tersebut menuliskan keinginannya memiliki sahabat pena dari Belanda.

Keinginannya pun bersambut dengan pegawai pos bernama Estella Zeehandelar menanggapi dan mengirim surat kepada Kartini. Korespondensi Kartini dengan Stella membuat pemikirannya semakin terbuka.

Baca juga: RA Kartini, Putri Jawa Pejuang Emansipasi dan Sejarah Hari Kartini

Tulisan RA Kartini dalam surat-suratnya menjadi rekaman pemikiran dan gagasan yang dianggap luar biasa, dengan bercerita mengenai kondisi perempuan yang merasa terkekang, bahkan tidak bisa memilih masa depannya sendiri.

Kartini pun bercerita mengenai banyak hal, mengenai bangsanya yang menderita karena penjajahan, keresahannya mengenai agama, hingga kepeduliannya akan pendidikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com