KOMPAS.com - Di wilayah khatulistiwa, durasi siang dan malam kurang lebih sama, yakni masing-masing sekitar 12 jam sepanjang tahun.
Namun, semakin jauh dari khatulistiwa, keseimbangan periode siang dan malam dapat berubah.
Di New York City, misalnya, siang hari berlangsung sekitar 15 jam di bulan Juni dan sekitar 9 jam di bulan Desember.
Saat mendekati Kutub Utara atau Kutub Selatan, periode siang dan malam dapat berlangsung selama 24 jam atau lebih.
Fenomena ini kemudian dikenal dengan istilah midnight sun atau matahari tengah malam.
Baca juga: Kutub Bumi Memanas, Antartika dan Arktik Mengalami Panas Ekstrem
Dilansir dari Time and Date, fenomena midnight sun disebabkan oleh kemiringan Bumi.
Bumi berputar sekali sehari pada poros rotasinya, sebuah garis khayal yang menghubungkan Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Inilah sebabnya mengapa matahari tampak terbit dan terbenam setiap hari.
Selain itu, Bumi mengorbit Matahari setahun sekali. Saat melakukannya, Bumi menelusuri bidang imajiner (permukaan datar seperti piringan) di sekitar Matahari yang dikenal sebagai bidang ekliptika.
Namun, ekuator Bumi tidak sejajar dengan bidang ekliptika karena kemiringannya 23,4 derajat.
Akibat kemiringan aksial ini, salah satu kutub Bumi biasanya condong ke arah matahari, sedangkan kutub lainnya menjauh.
Baca juga: Mengapa Tak Ada Beruang Kutub di Antartika?
Kutub Utara dan Kutub Selatan bergerak masuk dan keluar dari sinar matahari saat Bumi mengorbit Matahari.
Pada titik balik matahari di bulan Juni, Kutub Utara mengarah ke Matahari.
Tidak peduli berapa banyak Bumi berputar, matahari tidak pernah tampak terbenam dan menghasilkan fenomena midnight sun.
Kutub Selatan, di sisi lain, berada dalam kegelapan selama 24 jam.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.