Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona di Dalam Paru-paru Sebabkan Kematian Covid-19, Studi Jelaskan

Kompas.com - 06/09/2021, 17:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Studi baru menemukan jumlah virus corona yang menumpuk di paru-paru berada di balik penyebab tingginya kematian Covid-19 selama pandemi.

Para peneliti mengatakan, hasilnya kontras dengan dugaan sebelumnya, bahwa infeksi simultan menjadi penyebab kematian akibat Covid-19.

Di antaranya seperti infeksi yang disebabkan oleh pneumonia bakteri, reaksi berlebihan dari sistem pertahanan kekebalan tubuh.

Studi ini dipimpin oleh para peneliti di New York University (NYU) Grossman School of Medicine, yang mana telah menunjukkan bahwa orang yang meninggal karena Covid-19 rata-rata memiliki 10 kali jumlah virus atau viral load.

Viral load virus corona tersebut berada di saluran udara bawah mereka seperti halnya pasien yang sakit parah yang selamat dari penyakit mereka.

Baca juga: Virus Corona Varian Mu Bisa Lolos dari Kekebalan Vaksin, Ini Kata Ahli

 

Sementara itu, dalam studi yang menemukan jumlah virus corona yang tinggi di dalam paru-patu sebagai penyebab kematian pasien Covid-19 ini, para peneliti tidak menemukan bukti yang menunjukkan infeksi bakteri sekunder sebagai penyebab kematian.

Meski demikian, mereka memperingatkan bahwa ini mungkin karena pemberian antibiotik yang sering diberikan kepada pasien yang sakit kritis, seperti dilansir dari Medical Xpress, Senin (6/9/2021).

"Temuan kami menunjukkan bahwa kegagalan tubuh untuk mengatasi sejumlah besar virus corona yang menginfeksi paru-paru sebagian besar bertanggung jawab atas kematian Covid-19 dalam pandemi ini," kata penulis utama studi Imran Sulaiman, MD, Ph.D., profesor di Departemen Kedokteran di NYU Langone Health.

Saat ini, pedoman dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), mencatat, dalam standar perawatan pasien Covid-19 tidak mendorong penggunaan obat antivirus seperti remdesivir untuk pasien sakit parah yang menggunakan ventilator.

Akan tetapi, Sulaiman mengatakan hasil studi NYU Langone menunjukkan bahwa obat ini mungkin masih tetap menjadi alat yang berharga dalam merawat pasien Covid-19 yang parah.

Terlepas dari kekhawatiran sebelumnya bahwa jumlah virus corona yang tinggi dapat mendorong sistem kekebalan untuk menyerang jaringan paru-paru tubuh sendiri. Ini kemudian yang menyebabkan tingkat peradangan yang berbahaya.

Baca juga: Rusaknya Paru-paru Korban Virus Corona Jelaskan Misteri Long Covid

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com