KOMPAS.com – Ghosting merupakan fenomena umum yang kerap terjadi dalam hubungan sosial dan profesional, termasuk dalam hubungan percintaan.
Menurut dua studi di tahun 2018, sekitar 25 persen orang mengaku pernah menjadi korban ghosting. Munculnya aplikasi-aplikasi kencan, seperti Tinder, Bumble, atau Grindr, tampaknya memudahkan untuk memutus hubungan dengan cepat.
Ghosting bukanlah fenomena yang sederhana. Ia lebih kompleks dan dapat memberikan efek yang sangat besar bagi seseorang.
Dilansir dari Psychology Today, ghosting adalah tindakan mengakhiri komunikasi secara tiba-tiba tanpa penjelasan.
Fenomena ini memang sangat identik dengan hubungan percintaan, tetapi ghosting juga bisa terjadi dalam hubungan kerja dan pertemanan.
Orang-orang bisa melakukan ghosting dengan berbagai alasan yang kompleks. Berikut adalah beberapa alasan yang mungkin menyebabkan seseorang menjadi pelaku ghosting:
Baca juga: Percaya Ramalan Zodiak? Teori Psikologi Beberkan Faktanya
1. Menghindari konflik
Dilansir dari Healthline, secara naluriah sosial, konflik sosial akan memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Akibatnya, mungkin seseorang merasa lebih nyaman untuk memutus hubungan dengan tiba-tiba dan tanpa penjelasan untuk menghindari konflik yang dapat terjadi setelahnya.
2. Takut
Ketakutan akan hal yang tidak diketahui, akan hal yang tidak pasti sudah tertanam dalam diri manusia.
Seseorang mungkin memutuskan untuk melakukan ghosting karena takut akan reaksi atau respons pasangannya jika ia meminta untuk mengakhiri hubungan.
Akibatnya, orang tersebut memilih jalan pintas dan menghindari ketakutannya dengan melakukan ghosting.
Baca juga: Mengapa Jadi Korban Ghosting Sangat Menyakitkan? Ini Kata Psikolog
3. Menganggap tidak ada konsekuensi
Menjalin hubungan dengan orang yang baru saja ditemui mungkin memudahkan seseorang untuk melakukan ghosting.