Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Badai Luar Angkasa Hujani Bumi dengan Elektron, Apa Itu?

Kompas.com - 02/03/2021, 20:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Badai luar angkasa terdeteksi ilmuwan untuk pertama kalinya. Badai dengan hujan elektron ini tampak berputar-putar di atas Kutub Utara Bumi.

Temuan ini menawarkan gambaran sekilas tentang fenomena yang diyakini para ilmuwan yang mungkin terjadi di planet-planet di seluruh alam semesta ini.

Lantas, badai luar angkasa apa itu?

Dilansir dari Independent, Selasa (2/3/2021), badai besar di luar angkasa itu ditemukan oleh tim ilmuwan China yang dipimpin Shandong University.

Badai itu ditemukan saat mereka menganalisis pengamatan satelit pada Agustus 2014 lalu.

Baca juga: Badai Matahari Dahsyat Hantam Bumi 2.700 Tahun Lalu, Bisa Terulang

 

Para ilmuwan membuat gambar 3D dari fenomena ionosfer Bumi, tempat atmosfer planet bertemu di ruang hampa.

Dari analisis itu, mereka menemukan massa plasma yang berputar-putar yang berperilaku seperti fenomena cuaca berbasis angin yang terlihat di Bumi.

Akan tetapi, tidak seperti badai yang dapat diamati di muka planet ini. Sebab, luar angkasa seolah sedang menghujani Bumi dengan hujan elektron sebagai pengganti air.

Badai antariksa yang menyebar sejauh 1.000 km di atas Kutub Utara, berbalik berlawanan arah jarum jam seperti badai yang terjadi di belahan bumi utara, dan berlangsung selama hampir delapan jam sampai akhirnya rusak.

Baca juga: Begini Dampak Badai Florence Dilihat dari Luar Angkasa

 

Menurut para ilmuwan, badai antariksa ini memiliki pusat badai yang tenang, serta beberapa lengan spriral dan sirkulasi yang tersebar luas.

Badai semacam ini bisa saja yang bertanggung jawab atas efek penting pada cuaca luar angkasa.

Dampak badai luar angkasa ini di antaranya seperti meningkatnya daya tarik pada satelit, gangguan dalam komunikasi radio frekuensi tinggi, dan peningkatan kesalahan di lokasi radar over-the-horizon, serta navigasi satelit dan sistem komunikasi di Bumi.

Baca juga: Badai Matahari Terkuat dalam 12 Tahun Menuju Bumi, Akankah Mematikan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com