Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jagal Kucing di Medan, Bagaimana Memutuskan Hewan yang Layak Dimakan?

Kompas.com - 30/01/2021, 16:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber BBC News

KOMPAS.com - Kasus viral jagal kucing di Jalan Tangguk Bongkar 7, Kelurahan Tegal Sari Mandala, Kecamatan Medan Denai menghebohkan warga setempat dan netizen di media sosial.

Kasus jagal kucing ini menjadi viral setelah setelah seorang perempuan yang diduga pemilik seekor kucing di Medan kehilangan kucingnya dan saat menemukan, tubuh kucingnya sudah tidak utuh lagi.

Pemilik akun @soniarizkikarai menceritakan, kucingnya hilang beberapa hari. 

Kemudian, dia mendapat informasi bahwa kucingnya dimasukkan karung goni oleh seseorang yang sering mengambil kucing untuk dibunuh lalu dijual dengan harga Rp 70.000 per kilogram. Penjualan daging kucing tersebut dikabarkan untuk dimakan (konsumsi).

Pemilik kucing tersebut sudah melaporkan kasusnya ke Polsek Medan Area pada Kamis (28/1/2021).

Baca juga: Viral Jagal Kucing di Medan, Psikolog: Jelas Ada yang Sakit di Pelaku

Ternyata, tindakan mengonsumsi hewan tak lazim seperti hewan peliharaan kucing ini juga pernah terjadi pada tahun 2019.

Mengutip pemberitaan Kompas.com, Senin (29/7/2019), beredar di media sosial video seorang pria memakan kucing hidup-hidup.

Dalam video itu, tampak laki-laki bertopi mengenakan kemeja cokelat dengan dalaman putih tengah memakan seekor kucing di tengah jalan. Video itu menyebutkan lokasi pria yang memakan kucing berada di Kemayoran, Jakarta Pusat.

Mengapa manusia bisa memutuskan untuk memakan (mengonsumsi) atau tidak boleh mengonsumsi jenis hewan tertentu dalam hidup?

Menanggapi persoalan ini, Psikolog Sosial asal Solo, Hening Widyastuti mengatakan ada rasa di dalam diri manusia untuk mengasihi hewan baik peliharaan seperti ayam, burung, ikan, kucing, anjing, sapi, babi dan lain sebagainya.

Di antara hewan-hewan peliharaan tersebut, ada yang biasa untuk dikonsumsi harian atau hanya sekedar hewan peliharaan saja.

"Tidak semua hewan bisa dikonsumsi oleh manusia," kata Hening kepada Kompas.com, Sabtu (30/1/2021).

 

Hening menjelaskan, di agama Islam sendiri ada aturan jelas terkait mana jenis hewan yang boleh dikonsumsi oleh manusia dan mana yang tidak boleh dikonsumsi oleh manusia.

Dicontohkan Hening, hewan seperti babi, anjing, kucing, kekelawar, bangkai hewan dan beberapa hewan lainnya termasuk jenis yang tidak boleh atau haram untuk dikonsumsi oleh manusia.

Daging ayam adalah salah satu panganan kaya kolagen yang bermanfaat untuk kesehatan kulit (Dok. Shutterstock) Daging ayam adalah salah satu panganan kaya kolagen yang bermanfaat untuk kesehatan kulit

Adapun larangan itu sebenarnya bukan tanpa alasan. Secara ilmiah, hewan-hewan yang dilarang dikonsumsi oleh manusia memiliki zat tertentu yang sangat membahayakan kesehatan manusia. 

"Di Islam jelas ada yang boleh dan ada yang haram. Ini sebenarnya berkaitan dengan penelitian ilmiah bahwa beberapa hewan yang tidak boleh dimakan oleh manusia biasanya mengandung zat-zat tertentu yang sangat membahayakan manusia," ujarnya.

Selain itu, kucing dan juga anjing, merupakan jenis hewan yang biasanya dipelihara dan tidak untuk dikonsumsi harian layaknya ayam atau sapi.

"Bicara mengenai kucing dan anjing, mereka termasuk hewan yang dipelihara oleh manusia mereka bisa dijadikan teman bagi pemiliknya," tutur Hening.

Sementara, memiliki hewan peliharaan secara psikologis bisa menentramkan jiwa mereka, bisa menjadi teman dan hiburan tersendiri di kala si pemilik dalam situasi jenuh dan penat.

"Memberi makan, memeriksa kesehatan, melihat mereka (hewan peliharaan) tumbuh dan berkembang dengan sehat tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pemiliknya," ujarnya.

 

Terutama untuk kita yang memiliki rutinitas pekerjaan yang membuat kita menjadi jenuh. Sehingga, di saat kita menyaksikan pola tingkah lucu dari hewan peliharaan, maka semua rasa penat dan jenuh mendadak hilang berganti fresh dan bahagia.

Ada rasa kasih dan sayang yang tersampaikan dari pemiliki ke hewan peliharaan dan energi tersebut bisa dirasakan oleh hewan peliharaan mereka.

Mengonsumsi hewan di negara Barat

Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Hening, ternyata di negara Barat, kucing dan anjing merupakan perantara untuk merasa terhubung dengan makhluk sosial lain yang sangat penting bagi manusia.

Dosen Psikologi Perkembangan di Universitas Terbuka, Dr Thalia Gjersoe mengatakan anjing sangat baik sebagai hewan peliharaan karena memiliki banyak keterampilan psikologis yang tidak dimiliki hewan lain.

"Kami menganggap anjing memiliki pikiran yang sangat kompleks," ujar Gjerseo seperti dikutip Kompas.com dari BBC edisi (22/6/2015).

"Itulah mengapa pikiran memakannya (anjing) menjijikan, sama seperti kita menganggap makan salah satu teman kita itu menjijikkan," kata Gjerseo.

Ilustrasi kucing peliharaan di rumah. SHUTTERSTOCK/SWITLANA SONYASHNA Ilustrasi kucing peliharaan di rumah.

Peran empati dan rasa jijik dalam keputusan memakan hewan

Pengalaman rasa jijik merupakan mekanisme psikologis penting yang memengaruhi keputusan untuk memakan hewan tertentu.

Faktanya, rasa jijik dianggap sebagai salah satu emosi moral inti.

Menurut Dr Melanie Joy dalam bukunya berjudul Why we love dogs, eat pigs and wear cows (Mengapa kita mencintai anjing, makan babi dan memakai sapi) mengatakan, secara umum semakin empati yang Anda rasakan erhadap seekor hewan, semakin Anda jijik dengan gagasan memakannya.

Dalam ulasan Joy yang dimuat di Leiden Psycology menyebutkan bahwa rasa jijik dengan ide memakan anjing itu dikarenakan kebanyakan orang lebih berempati terhadap anjing, kucing daripada sapi. Sehingga, gagasan atau ide memakan anjing atau kucing itu lebih memuakkan.

Baca juga: Studi: Begini Cara Memasak Daging Merah yang Aman bagi Kesehatan Jantung

Hipotesis bahwa empati memengaruhi pilihan makanan melaluri rasa jijik ini didukung oleh bukti anekdot dan ilmiah dari vegetarian.

Seorang teman vegetarian mengatakan kepada Joy bahwa baginya gagasan makan anjing sama menjijikkannya dengan makan sapi dan bahkan sama menjijikkannya dengan memakan daging manusia.

Peningkatan rasa jijik pada daging bagi vegetarian juga ditemukan dalam studi empiris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com