Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efikasi Vaksin Covid-19, Ini Faktor yang Memengaruhi Nilainya

Kompas.com - 13/01/2021, 16:04 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Hari ini, Rabu (13/1/2021), Indonesia memulai vaksinasi Covid-19. Secara perdana, Presiden Joko Widodo menjadi penerima pertama vaksin Covid-19 Sinovac.

Presiden Jokowi divaksin bersama sejumlah pejabat, artis, hingga tokoh masyarakat.

Vaksin Sinovac diujikan pertama kali di Bandung pada Agustus 2020 pada sekitar 1.600 relawan. Uji klinis vaksin Covid-19 tersebut dilakukan Universitas Padjajaran Bandung bekerjasama dengan Bio Farma.

Melihat perkembangan vaksin virus corona yang telah disuntikkan pada ribuan relawan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya mengeluarkan izin edar atau penggunaan darurat atas vaksin Sinovac.

Baca juga: Efikasi Vaksin Sinovac di Indonesia Lebih Rendah dari Turki dan Brasil, Ini Penjelasannya

 

Izin Emergency Use Authorization (EUA) akhirnya dikeluarkan BPOM pada Senin (11/1/2021) atas vaksin Sinovac yang disebut dengan CoronaVac tersebut.

"Hasil analisis terhadap efikasi vaksin CoronaVac dari uji klinik di Bandung menunjukkan efikasi vaksin sebesar 65,3 persen," kata Kepala Badan POM Dr Ir Penny Lukito.

Namun, banyak pihak meragukan efikasi vaksin tersebut, sebab nilainya berbeda jauh dengan yang dihasilkan pada uji klinik di Turki dan Brasil.

Efikasi vaksin Sinovac China yang diujikan di Turki mencapai 91,25 persen, sedangkan di Brasil mencapai 78 persen.

Kendati efikasi vaksin Covid-19 Sinovac yang diujikan di Indonesia telah melebihi standar yang diberikan FDA dan WHO, namun banyak yang masih meragukan.

Baca juga: Ahli: Efikasi Vaksin Covid-19 Berbeda-beda, Masyarakat Jangan Khawatir

Ilustrasi vaksin Covid-19, efikasi vaksin Sinovac di Indonesia lebih rendah dari Turki dan Brasil.SHUTTERSTOCK/Orpheus FX Ilustrasi vaksin Covid-19, efikasi vaksin Sinovac di Indonesia lebih rendah dari Turki dan Brasil.

Lantas, apa faktor yang menentukan efikasi vaksin Covid-19?

Dalam pernyataan resminya, Selasa (12/1/2021), Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof DR Zullies Ikawati mengungkapkan efikasi vaksin ditentukan oleh banyak faktor.

Berikut beberapa hal yang dapat memengaruhi nilai efikasi vaksin Covid-19.

1. Karakter subjek uji klinik vaksin

Prof Zullies mengatakan bahwa efikasi vaksin akan dipengaruhi oleh karakteristik subjek ujinya.

"Jika subjek ujinya adalah kelompok risiko tinggi, maka kemungkinan kelompok plasebo akan lebih banyak yang terpapar, sehingga perhitungan efikasinya menjadi meningkat," kata Prof Zullies.

Baca juga: Efikasi Vaksin Sinovac 65,3 Persen, Bagaimana Cara Menghitungnya?

 

Lebih lanjut Prof Zullies menjelaskan misalnya pada kelompok vaksin ada 26 yang terinfeksi, sedangkan kelompok plasebo bertambah menjadi 120 orang yang terinfeksi, maka efikasinya akan meningkat menjadi 78,3 persen.

2. Relawan uji vaksin di Indonesia masyarakat umum

Selain itu, subjek atau sukarelawan dalam uji klinik vaksin corona, baik di Turki, Brasil maupun Indonesia sangat berbeda.

Uji klinik di Brasil, kata Prof Zullies, melibatkan kelompok berisiko tinggi, yakni tenaga kesehatan. Hal ini tentu memberikan nilai efikasi yang lebih tinggi terhadap kemanjuran vaksin yang diujikan.

Sedangkan di Indonesia, subjek uji klinik atau relawan yang dilibatkan yakni populasi masyarakat umum yang risiko terpapar Covid-19 relatif lebih kecil.

Baca juga: BPOM Sebut Efikasi Vaksin Sinovac 65,3 Persen, Apa Itu Efikasi?

Ilustrasi vaksin Pfizer 90 persen efektif berdasarkan pengamatan dari sekitar 43.000 relawan di Amerika Serikat (AS), hanya 94 orang yang terkonfirmasi Covid-19, sejak pemberian dosis kedua vaksin Covid-19 atau plasebo.SHUTTERSTOCK/Blue Planet Studio Ilustrasi vaksin Pfizer 90 persen efektif berdasarkan pengamatan dari sekitar 43.000 relawan di Amerika Serikat (AS), hanya 94 orang yang terkonfirmasi Covid-19, sejak pemberian dosis kedua vaksin Covid-19 atau plasebo.

3. Berisiko rendah dan taat protokol kesehatan

Tak hanya subjek uji klinis yang berisiko rendah. Faktor lainnya yang bisa memengaruhi rendahnya efikasi vaksin, juga apabila peserta uji klinis ini juga taat pada protokol kesehatan dan tidak pernah keluar rumah, sehingga tidak banyak yang terinfeksi.

Maka perbandingan kejadian infeksi antara kelompok plasebo dengan kelompok vaksin menjadi lebih rendah, sehingga menghasilkan angka efikasi yang dihasilkan juga lebih rendah.

Prof Zullies menjelaskan, misalnya pada kelompok vaksin ada 26 orang yg terinfeksi Covid (3,25 persen).

Sedangkan pada kelompok placebo hanya 40 orang (5 persen) yang terinfeksi, karena menjaga prokes dengan ketat, maka efikasi vaksin bisa turun menjadi hanya 35 persen.

Baca juga: Efikasi Vaksin Sinovac di Indonesia Lebih Rendah, Adakah Pengaruhnya?

 

Hal itu berdasarkan perhitungan: (5 - 3,25)/5 x 100 persen = 35 persen.

"Jadi angka efikasi ini bukan harga mati, dan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor ketika uji klinik dilakukan," jelas Prof Zullies.

Selain itu, jumlah subyek dalam uji klinik vaksin, serta lama pengamatan juga dapat memengaruhi hasil efikasi vaksin tersebut.

"Jika pengamatan diperpanjang menjadi 1 tahun, sangat mungkin menghasilkan angka efikasi vaksin yang berbeda," imbuh Prof Zullies.

Sebelumnya, Penny juga mengatakan bahwa menurut data hasil uji klinis yang berhasil dianalisis, menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 Sinovac, CoronaVac, memiliki kemampuan dalam pembentukan antibodi di dalam tubuh.

Baca juga: Vaksin Sinovac Resmi Dapat Izin BPOM, Efikasi Uji Capai 65,3 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com