Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
LH Makmun

LH Makmun adalah pensiunan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dokter spesialis penyakit dalam, subspesialis jantung dan geriatri. Selain menangani bidang medis, LH Makmun aktif juga dalam pengembangan pendidikan kedokteran sampai tingkat Nasional. Pernah dipercaya memimpin proyek World Bank-Dikti (HWS Dikti) dengan program pembaharuan sistem kurikulum nasional Fakultas Kedokteran.

Kisah dari Cape Town, Transplantasi Jantung yang Membawa Harapan

Kompas.com - 26/09/2020, 17:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOTA Cape Town di Afrika Selatan mempunyai keindahan istimewa yang merupakan kombinasi antara gunung, hamparan laut dan kota yang terletak di lembah.

Gunung yang terkenal dengan nama Table Mountain, berbentuk seperti meja, terlihat dengan jelas dari Cape Town. Pemandangan dari area gunung memandang ke bawah ke arah kota dan ke arah laut sangat mengesankan.

Sebetulnya kita akan mendapatkan panorama yang lebih cantik lagi bila menaiki cable car di Table Mountain. Namun, sayangnya karena keadaan cuaca yang berkabut pada saat itu, kami tidak dapat menikmatinya.

Kota Cape Town sendiri tidaklah sebesar kota-kota besar dunia lainnya, tetapi gedung dan bangunan serta tata letaknya seperti kota-kota umumnya di Eropa, yaitu teratur rapi.

Hal ini memang diketahui dari sejarahnya, bahwa sejak ditemukannya Tanjung Harapan oleh Vasco da Gama, bangsa kulit putih perlahan-lahan menguasai Afrika Selatan. Bangsa Belanda, Inggris, juga Portugal dan Spanyol berpengaruh di kawasan ini, tapi yang menonjol tampaknya kelompok Inggris dan Belanda.

Atas dasar inilah bertahun-tahun kebijakan Apartheid mencengkeram alam masyarakat Afrika Selatan. Perjuangan Nelson Mandela, bapak Afrika Selatan, telah membebaskan rakyat dari penderitaan akibat kebijakan ini. Bertahun-tahun Nelson Mandela meringkuk di penjara di Johannesburg (Pretoria) dan juga Cape Town yang cukup mengecilkan hati, di mana terlihat juga ada kamar penyiksaan.

Sekarang, Cape Town sudah banyak berubah. Sejak menginjakkan kaki di Bandara, terlihat semua karyawan adalah orang kulit hitam. Begitu juga di pusat-pusat perbelanjaan (mall), sudah terlihat bahwa pemiliknya banyak yang orang kulit hitam juga.

Namun demikian, masih banyak orang kulit hitam yang bernasib masih hidup dibawah standar. Perkampungan mereka terdiri dari rumah-rumah yang berbentuk seperti kontainer, yang tampaknya memang kurang nyaman.

Sebagai efek sosial, tentulah kriminal masih banyak terjadi. Oleh karena itu, sebagai wisatawan, kami diingatkan supaya selalu berhati-hati dan berjalan-jalan dalam kelompok. Namun demikian, selama perjalanan memberikan kesan nyaman dan menikmati keindahan alam dan kota serta keramahan penduduk.

Di luar kota Cape Town, di Kampung Makassar, kita orang Indonesia seyogyanya tak boleh melewatkan kesempatan untuk mengunjungi dan berziarah ke makam Syech Yusuf.

Sudah beberapa kali tokoh Syech Yusuf dimuat di media massa Indonesia. Beliau adalah Ulama dari Bugis yang melawan Belanda, terakhir di Indonesia diasingkan ke Banten, kemudian diasingkan ke Afrika Selatan ini.

Di sini, beliau mengajarkan dan mengembangkan Islam untuk komunitas di daerah ini, yang kemudian disebut Kampung Makassar. Di area yang cukup luas ini terdapat mesjid yang megah, makam Syech Yusuf dan ada bangunan lain.

Kita dapat melihat juga bahwa Presiden kita Suharto dan Megawati pernah berziarah juga ke makam Syech Yusuf, seperti ditunjukkan oleh batu prasasti yang tertempel di dinding.

Pionir transplantasi jantung

Setelah berdoa di makam Syech Yusuf dan sholat di Masjid, kami melanjutkan perjalanan ke Rumah Sakit Groote Schuur yang letaknya di pinggiran kota Cape Town.

Sekarang, gedung Rumah Sakit ini menjadi museum, untuk mengabadikan sejarah pertama kali dilakukannya operasi transplantasi Jantung dari manusia ke manusia oleh Dr. Christiaan Barnard pada tanggal 3 Desember 1967.

Namanya beredar ke seluruh dunia sebagai pionir transplantasi jantung. Beliau adalah seorang ahli bedah jantung dari Afrika Selatan, putra seorang pastor, lulusan universitas di Cape Town, kemudian mendapat beasiswa belajar ke Minneapolis, Amerika Serikat, untuk mendalami bedah jantung di bawah bimbingan tokoh bedah jantung dunia.

Sepulangnya dari Amerika, dia tidak serta merta langsung melakukan operasi transplantasi jantung, tetapi ikut dulu dalam transplantasi ginjal, terutama untuk mempelajari masalah anti imun, kemudian mencobakan transplantasi pada anjing. Selanjutnya mempersiapkan tim. Pasien-pasien (resipien) yang akan dilakukan transplantasi sudah disiapkan.

Sebetulnya sudah ada juga calon-calon donor, tetapi karena politik apartheid masih berlaku, calon donor yang bukan berasal dari etnis kaukasia (kulit putih), ditolak. Terpaksalah para pasien calon resipien menunggu, yang umumnya pasien dengan diagnosis gagal jantung berat dengan keluhan sesak napas yang hebat.

Tibalah di awal Desember 1967, terjadi kecelakaan lalu lintas di kota Cape Town.

Sebuah mobil sedan parkir di pinggir jalan, dekat lampu merah. Seorang wanita muda lantas turun dari mobil tersebut, daan menyeberang ke toko roti untuk membeli roti; sedangkan anggota keluarga lainnya menunggu di mobil.

Pada saat wanita muda ini mau kembali ke mobil, menyeberang zebra cross, tiba-tiba ada sebuah mobil melaju kencang dan menabrak wanita muda yang malang ini. Dia dibawa ke rumah sakit Groote Schuur.

Di rumah sakit tersebut, Dr. Christiaan Barnard ikut menangani dan setelah melihat bahwa pasien sudah meninggal, Dr. C. Barnard berdiskusi dengan ayah penderita, untuk kemungkinan menyumbangkan organ jantung dan ditransplantasikan kepada pasien yang sangat membutuhkan, yaitu pasien dengan diagnosis gagal jantung berat tadi.

Singkat kata, ayah wanita malang tadi dan seluruh keluarga menyetujui untuk menyumbangkan organ jantung kepada pasien yang sangat membutuhkan, sehingga memberi kemungkinan kepada pasien ini untuk dapat hidup lebih lama.

Tindakan selanjutnya adalah melakukan harvesting (operasi mengambil organ) dari donor di kamar operasi, kemudian setelah itu operasi transplantasi (menanamkan organ) pada resipien di kamar operasi di sebelahnya. Kebetulan saudara kandung Dr. C. Barnard ini adalah juga dokter bedah, sehingga mereka saling membantu.

Peristiwa bersejarah di bidang kedokteran, khususnya kardiologi ini, terjadi pada tanggal 3 Desember 1967.

Operasi berjalan lancar, pasien sudah recovery (penyembuhan), tetapi sayangnya dalam hitungan minggu, pasien terkena pneumonia (radang paru), sehingga meninggal dunia. Namun demikian pasien-pasien yang ditransplantasi selanjutnya, berhasil dengan baik dan dapat bertahan hidup sampai bertahun-tahun lamanya.

Dunia kedokteran berterima kasih kepada Dr. Christiaan Barnard dan selalu mengenang jasa beliau.

Sekarang ini banyak negeri di seluruh dunia, termasuk Saudi Arabia, Iran, Malaysia telah melakukan operasi transplantasi jantung dengan hasil yang baik dan bertahan hidup lama. Negeri-negeri tetangga kita selain Malaysia, seperti Taiwan, Thailand, Singapore, Vietnam sudah melakukan sejak beberapa tahun lalu.

Demikianlah sekelumit sekilas pandang dari Cape Town- Tanjung Harapan.

Jakarta, 2020.

LH Makmun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com