Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Ambisius WHO Beli 2 Miliar Dosis Vaksin Corona, Apa Tujuannya?

Kompas.com - 29/06/2020, 18:30 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - WHO dan mitra-mitranya mengungkap sebuah rencana ambisius pada Jumat (26/6/2020), yaitu membeli 2 miliar dosis kandidat vaksin Covid-19.

Dilansir dari Statnews, Jumat (26/6/2020); WHO berencana akan memberikan dosis vaksin-vaksin tersebut ke populasi paling berisiko, seperti petugas medis, orang-orang berusia 65 tahun ke atas dan orang-orang berpenyakit penyerta, di seluruh dunia pada akhir 2021.

Namun, merealisasikan rencana ambisius ini tidak mudah.

WHO dan para mitranya memperkirakan bahwa sebanyak 18,1 miliar dollar atau sekitar Rp 260 triliun dibutuhkan untuk dapat mencapainya, dengan 11,3 miliar dollar atau Rp 162,6 triliun harus dikumpulkan dalam waktu enam bulan ke depan.

Baca juga: Ahli: Kerja Sama Percepat Vaksin Corona dengan Negara Lain Boleh, asalkan...

Selain itu, negara-negara berpenghasilan menengah ke atas hingga atas harus berkomitmen untuk membeli 950 juta dosis dari vaksin ini. Sebagai gantinya, negara-negara yang terlibat akan ditawari saham dari vaksin-vaksin tersebut.

Apa tujuannya?

Pada saat ini, ada begitu banyak kandidat vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia untuk melawan Covid-19.

WHO mencatat bahwa ada setidaknya 16 vaksin Covid-19 yang sudah masuk ke tahap percobaan klinis, sementara 125 sisanya masih di tahap yang lebih dini.

Biaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan satu vaksin Covid-19 saja sangat tinggi, sementara tidak ada yang tahu kandidat vaksin mana yang akan berhasil.

Seth Berkley, CEO Gavi yang juga merupakan salah satu mitra WHO dalam proyek ini berkata bahwa hanya sekitar 7 persen dari kandidat vaksin yang akan berhasil dalam pengembangan praklinis. Dari jumlah kecil itu, hanya sekitar 15-20 persen saja yang kemudian berhasil masuk ke tahap klinis.

Baca juga: WHO Berharap 2 Miliar Dosis Vaksin Covid-19 Tersedia di Akhir 2021

Hal ini membuat risiko mendukung salah satu kandidat vaksin menjadi terlalu besar.

Jika suatu negara memutuskan untuk mendukung salah satu kandidat vaksin yang berakhir gagal, maka kemampuan negara itu untuk membeli vaksin yang benar berkurang.

Sebaliknya, jika vaksin yang didukung berhasil, suatu negara bisa memonopoli vaksin dan membuat negara-negara lain kesulitan mengaksesnya.

Nah, proyek WHO ini akan membeli setidaknya 9 kandidat vaksin yang didukung oleh Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI). Vaksin-vaksin itu akan dimasukkan dalam fasilitas yang disebut Covax.

Fasilitas Covax juga telah menandatangani memorandum untuk 300 juta dosis vaksin dengan AstraZeneca, perusahaan farmasi yang saat ini sedang bekerja sama dengan Universitas Oxford dalam mengembangkan vaksin yang telah memasuki percobaan klinis fase 3.

Dengan demikian, negara-negara yang terlibat dalam proyek ini dan memiliki saham dalam fasilitas Covax akan mendapatkan akses terhadap semua kandidat vaksin dalam fasilitas Covax.

"Mayoritas (kandidat vaksin) akan gagal, tetapi dengan memiliki portfolio yang besar, (proyek) ini akan bisa maju," ujar Berkley

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com