Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukti Virus Corona Berasal dari Alam, Tak Ada Rekam Jejak Manusia

Kompas.com - 22/05/2020, 17:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Virus corona 100 persen secara alami berasal dari alam.

Dijelaskan ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, salah satu alasan mendesar virus ini berasal dari alam adalah pengurutan gen virus coronanya.

Virus corona SARS-CoV-2 sangat mirip dengan virus corona yang ditemukan pada kelelawar tapal kuda yang ada di Yunnan, China.

Virus corona untuk SARS-CoV-2 memiliki panjang 30.000 basa. Ketika virus ini dilihat secara keseluruhan, kesamaannya dengan SARS hanya 80 persen.

"Jadi perbedaan (dengan SARS-CoV) cukup banyak, sekitar 20 persen," kata Ahmad dihubungi Kompas.com, Rabu (20/5/2020).

Baca juga: Alasan Mendasar Kenapa Virus Corona Covid-19 Bukan Buatan Manusia

"Nah, yang terdekat itu (SARS-CoV-2) dengan genomnya coronavirus yang ditemukan pada kelelawar tapal kuda di Yunnan, China," ungkapnya.

"Ini horseshoe bat yang ditemukan di Yunnan ya. Bukan di Tomohon (Sulawesi Utara) atau Jogja. Sebab kasihan juga, kelelawar yang di Tomohon, Jogja katanya mau dibunuh, padahal inangnya beda," imbuhnya.

Ahmad mengatakan, ketika suatu virus atau apapun tercipta dari rekayasa manusia, pasti di dalamnya ada rekam jejak. Namun, hal ini tidak ditemukan dalam SARS-CoV-2.

Apa itu rekam jejak?

Virus, bakteri, atau apa pun yang direkayasa para ilmuwan berdasar apa yang ada di alam.

Ketika peneliti akan melakukan rekayasa, mereka harus menambahkan sesuatu ke dalamnya untuk membantu ilmuwan menandai.

Dalam kasus virus corona penyebab Covid-19, jika asumsinya virus ini dibuat, maka ilmuwan harus melakukan rekayasa pada 1.200 titik.

Dijelaskan sebelumnya, virus corona untuk SARS-CoV-2 memiliki panjang 30.000 basa. Ketika virus ini dilihat secara keseluruhan, kesamaannya dengan SARS hanya 80 persen.

Kedekatan virus corona SARS-CoV-2 yang paling dekat adalah dengan kelelawar tapal kuda dari Yunnan, China. Kesamaan keduanya adalah 96 persen, berbeda 4 persen.

Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (merah). Sampel virus diambil dari seorang pasien AS yang terinfeksi. Para ahli menambahkan gambar agar lebih tampak. Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (merah). Sampel virus diambil dari seorang pasien AS yang terinfeksi. Para ahli menambahkan gambar agar lebih tampak.

Namun, 4 persen itu berarti sama dengan ada 1.200 titik asam amino yang berbeda antara SARS-CoV-2 dengan virus corona pada kelelawar tapal kuda dari Yunnan.

Jika asumsinya, virus corona adalah buatan manusia, artinya ada manusia yang mengubah 1.200 titik asam amino pada SARS-CoV-2.

"Artinya, kalau manusia merekayasa (SARS-CoV-2) akan ada tag-nya dan bisa di-tracking. Jadi kalau misalnya sudah ada yang diubah, kemudian ingin merekayasa titik yang berikutnya, nah yang sudah diubah harus saya beri semacam label. Nah, penambahan label itu bisa terlihat," jelas Ahmad.

Baca juga: Tanggapi Spekulasi Bossman Mardigu soal Corona, Pakar: Silakan Buktikan

Setelah diselidiki, penambahan "label" atau rekam jejak dari manusia nihil.

"Kita enggak temukan label itu. Dari ujung ke ujung enggak ada label tambahan. Karena kita (peneliti) tahu anatomi coronavirus secara umum seperti apa," ungkapnya.

Dari nalar inilah, peneliti memastikan bahwa virus corona SARS-CoV-2 bukan buatan manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com