Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gletser Lendbreen Mencair, Benda Kuno Peninggalan Viking Ditemukan

Kompas.com - 19/05/2020, 20:03 WIB
Yohana Artha Uly,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perubahan iklim membuat gletser Lendbreen yang berada di pegunungan Jotunheim, Norwegia mulai mencair. Bagi arkeolog, fenomena ini bagaikan membuka peti harta karun sejarah.

Seiring dengan mencairnya lapisan es Lendbreen para arkeolog menemukan benda-benda kuno peninggalan bangsa Viking yang berserakan di jalur lintas pegunungan yang telah lama hilang.

Artefak kuno yang selama ribuan tahun terkubur dibawah lapisan es tersebut ditemukan dalam kondisi yang baik.

Ada pakaian dan sepatu, berbagai alat dan perlengkapan berkuda, hingga tulang dan kotoran hewan.

Baca juga: Arkeolog Temukan Kuburan Viking Kuno di Norwegia

Temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Antiquity ini, memberikan petunjuk tentang kehidupan sehari-hari bangsa Viking, sekaligus menggambarkan pentingnya jalur lintas penggunungan itu pada masa lalu.

"Lintasan gunung yang hilang adalah penemuan impian bagi kami para arkeolog glasial," ujar Lars Pilø, arkeolog dari Innlandet County Council Department of Cultural Heritage, Norwegia, melansir Live Science, Selasa (19/5/2020).

Penemuan artefak kuno di gletser Lendbreen pertama kali terjadi pada tahun 2011, saat itu para arkeolog juga menemukan tumpukan batu alam yang disusun sedemikian rupa oleh manusia untuk menandai rute dan tempat berlindung.

Baca juga: Arkeolog 13 Tahun Temukan Harta Karun dari Zaman Viking

Menguak masa kejayaan Viking

Sejak penemuan pertama itu, para arkeolog kembali ke Lendbreen setiap tahun hingga 2015, mengumpulkan benda-benda bersejarah.

Mereka juga kembali pada tahun 2019 ketika gletser Lendbreen mencair, namun penemuan barang pada tahun itu belum bisa dijelaskan secara ilmiah.

Adapun barang yang ditemukan sepanjang tahun 2011-2015, di antaranya ada sepatu yang terbuat dari kulit, sarung tangan anyaman, lebih dari 50 lembar kain, pisau bergagang kayu, sepatu kuda dan kereta luncur, hingga tulang-tulang kuda.

Hewan mati dan alat-alat yang rusak kemungkinan ditinggalkan di sepanjang jalan oleh para pelancong, sementara alat-alat dalam kondisi baik mungkin tak sengaja jatuh disana.

Namun, ternyata ada pakaian dalam kondisi utuh dan dapat digunakan di antara benda-benda yang dibuang.

Hal ini membingungkan memang, tapi para arkeolog menilai itu mungkin telah dibuang oleh orang-orang yang menderita hipotermia berat, yang dapat menyebabkan perilaku irasional.

Belum semua artefak dipelajari oleh para arkeolog, tapi penanggalan karbon pada sekitar 60 benda mengindikasikan wilayah itu secara aktif digunakan pada masa sekitar 300 M hingga 1500 M.

Baca juga: Tulisan “Allah” dan “Ali” Ditemukan pada Pakaian Pemakaman Viking

 

Puncak aktivitas di jalur itu berada di tahun 1000 M, yang merupakan masa kejayaan bangsa Viking.

Tidak seperti banyak jalur lintas pegunungan kuno lainnya seperti di Pegunungan Alpen dan Himalaya, jalur di pegunungan Jotunheim malah akan ramai ketika tumpukan salju dan es melimpah.

Baca juga: Lama Diragukan, Prajurit Viking Ini Terbukti Perempuan

 

Pasalnya rute ini berbatu, maka akan sulit bagi hewan dan kereta luncur untuk bergerak jika tidak ada salju dan es.

Berdasarkan penemuan itu, para arkeolog dapat mengetahui jalur penggunungan tersebut menjadi jalan besar dengan lalu lintas tinggi selama era Viking, sebelum akhirnya kehilangan existensinya pada abad ke-16.

Para arkeolog menilai kemungkinan eksistensi bangsa Viking yang hilang, dipengaruhi oleh pencairan es akibat perubahan iklim, gejolak ekonomi, dan adanya wabah hitam yang merebak di wilayah Eropa pada abad ke-14.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com