Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Teori Konspirasi Virus Corona Masalah Serius, Bisa Bahayakan Nyawa

Kompas.com - 28/03/2020, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Orang yang mendukung teori konspirasi medis lebih kecil kemungkinannya mendapat vaksinasi atau menggunakan antibiotik dan lebih cenderung mengkonsumsi suplemen herbal atau vitamin. Ditambah, mereka lebih cenderung mengatakan mereka akan mempercayai saran medis dari nonprofesional seperti teman dan keluarga.

Konsekuensi fatal

Melihat temuan-temuan ini, orang-orang yang mendukung teori konspirasi tentang SARS-CoV-2 mungkin cenderung untuk tidak mengikuti saran kesehatan seperti sering mencuci tangan dengan pembersih berbahan alkohol atau sabun, atau mengisolasi diri setelah mengunjungi daerah berisiko.

Sebaliknya, orang-orang ini mungkin lebih cenderung memiliki sikap negatif terhadap perilaku pencegahan atau menggunakan alternatif berbahaya sebagai cara pengobatan. Ini akan meningkatkan kemungkinan penyebaran virus dan menempatkan lebih banyak orang dalam bahaya.

Kita sudah bisa melihat “pendekatan penyembuhan alternatif’ bermunculan – beberapa di antaranya sangat berbahaya.

Promotor teori konspirasi QAnon yang populer, misalnya, mengatakan bahwa virus ini direncanakan oleh apa yang disebut ”deep state (pemerintah bayangan)“ dan mengklaim virus dapat ditangkal dengan meminum pemutih baju.

Penyebaran teori konspirasi medis juga dapat memiliki konsekuensi parah bagi bagian masyarakat lainnya. Misalnya, selama Wabah Hitam (Black Death) di Eropa pada abad ke-14, orang-orang Yahudi dijadikan kambing hitam pandemi.

Teori konspirasi ini menyebabkan serangan kekerasan dan pembantaian komunitas Yahudi di seluruh Eropa. Wabah COVID-19 telah menyebabkan peningkatan serangan rasis di seluruh dunia yang ditargetkan pada orang yang dianggap sebagai orang Asia Timur.

Namun, mengintervensi dan menghentikan penyebaran teori konspirasi bisa dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa kampanye mempromosikan bantahan terhadap teori konspirasi medis cenderung memiliki beberapa keberhasilan dalam mengubah dari keyakinan konspirasi.

Permainan seperti Bad News, yang menawarkan kesempatan orang berperan sebagai produser berita palsu, telah terbukti meningkatkan kemampuan orang untuk melihat dan menolak informasi yang salah.

Teori konspirasi bisa sangat berbahaya bagi masyarakat.

Teori-teori ini tidak hanya dapat mempengaruhi pilihan kesehatan orang, mereka juga dapat mengganggu cara berbagai kelompok yang berbeda saling berhubungan serta meningkatkan permusuhan dan kekerasan terhadap mereka yang dianggap "bersekongkol”.

Jadi, selain bertindak untuk memerangi penyebaran SARS-CoV-2, pemerintah juga harus bertindak untuk menghentikan kesalahan informasi dan teori konspirasi yang berkaitan dengan virus agar tidak lepas kendali.

Daniel Jolley

Senior Lecturer in Psychology, Northumbria University, Newcastle

Pia Lamberty

PhD Researcher in Social and Legal Psychology, Johannes Gutenberg University of Mainz

Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "COVID-19 memicu teori-teori konspirasi. Ini masalah serius yang bisa bahayakan nyawa". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com