Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Covid-19 Akan Jadi Penyakit Musiman?

KOMPAS.com - Munculnya pandemi Covid-19 hampir empat tahun yang lalu membuat dunia kalang kabut.

Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi virus tersebut, mulai dari produksi vaksin hingga melakukan beragam studi untuk mempelajari Covid-19.

Namun, ada satu pemikiran dan mungkin juga kekhawatiran yang muncul setelahnya. Apakah Covid-19 akan menjadi penyakit musiman?

Penyakit musiman

Dikutip dari IFL Science, Rabu (21/2/2024), gagasan bahwa Covid-19 bisa menjadi penyakit musiman merupakan pemikiran yang logis ketika mempertimbangkan ada beberapa infeksi virus lainnya yang mengikuti pola musiman.

Contohnya saja di negara-negara dengan iklim sedang, polio cenderung mencapai puncaknya pada musim panas.

Sementara infeksi pernafasan seperti flu biasa, flu, dan virus pernapasan syncytial (RSV) semuanya mencapai puncaknya selama bulan-bulan musim dingin.

Ada beberapa hal yang menyebabkan penyakit musiman muncul.

Ambil contoh saja virus influenza. Virus ini memang berkembang jauh lebih baik ketika udara sejuk dan kurang lembap, sehingga memberi peluang lebih besar bagi virus untuk menghinggapi manusia.

Faktor lain yang dapat berperan adalah kekurangan vitamin D di musim dingin.

Ahli imunologi Margherita T. Cantorna menjelaskan bahwa kekurangan vitamin D selama musim dingin bisa menjadi masalah bagi mereka yang tinggal di garis lintang utara dan memiliki warna kulit lebih gelap.

Kekurangan vitamin D ini dapat memengaruhi kemampuan sistem kekebalan untuk melawan infeksi.

Penyakit musiman juga berkaitan dengan perilaku kita.

Di banyak wilayah, musim dingin sering dilewatkan oleh orang-orang untuk berkumpul bersama di dalam ruangan untuk berbagi makanan, tertawa, dan termasuk juga kuman yang bisa saja ikut menyebar dalam kesempatan itu.

Apakah Covid-19 penyakit musiman?

Di berbagai titik selama pandemi, bukti-bukti tampaknya mendukung asumsi bahwa Covid-19 adalah penyakit musiman.

Sebuah studi pada tahun 2021 menemukan studinya mendukung pandangan bahwa COVID-19 adalah infeksi suhu rendah musiman yang sebenarnya.

Kesimpulan itu berdasarkan data dari lonjakan awal virus sebelum langkah-langkah mitigasi seperti lockdown diberlakukan.

Peneliti menemukan bahwa tingkat penularan yang lebih tinggi dikaitkan dengan suhu dan kelembapan yang lebih rendah, seperti yang kita lihat setiap tahun pada flu.

Namun, awal tahun ini, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal npj Viruses menunjukkan meski virus SARS-CoV-2 lebih stabil dalam kondisi musim dingin, bukan berarti terjadi banyak penularan melalui udara.

Sehingga, ahli mengatakan masih terlalu dini untuk mendefinisikan Covid-19 sebagai penyakit musiman.

Salah satu alasannya adalah puncak-puncak penularan tidak terjadi pada waktu yang sama setiap tahunnya.

Akan tetapi, yang lebih penting adalah mewaspadai perilaku manusia yang bisa menjadi pemicu penularan. Pasalnya, sekarang kita tahu risiko terbesar penularan berasal dari kontak antarmanusia.

Jadi, meski Covid-19 mungkin belum menjadi pola penyakit musiman, bukan berarti hal ini tidak akan pernah terjadi.

Ahli virologi Vincent Munster menyebut bukan hanya soal cuaca, melainkan penularan juga ditentukan oleh faktor perilaku dan fluktuasi imunitas manusia.

https://www.kompas.com/sains/read/2024/02/21/163500823/apakah-covid-19-akan-jadi-penyakit-musiman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke