Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penguatan Sadar Risiko Bencana dengan Penggunaan Teknologi Virtual Reality

Oleh: Gusti Ayu Ketut Surtiari, Syarifah Aini Dalimunthe, Abdul Fikri Angga Reksa

KESIAPSIAGAAN menghadapi bencana

Indonesia, sebagai negara yang rawan bencana, terus berupaya untuk melakukan upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan di berbagai level, mulai dari komunitas hingga di tingkat nasional.

Sejak UU No 24 tahun 2007 ditetapkan sebagai pedoman dan pengarahan dalam penanggulangan bencana, berbagai inovasi sudah mulai dilakukan.

Hal ini terlihat dari transformasi kebijakan pengelolaan bencana sudah mengarah pada penguatan kesiapsigaan bencana untuk mengurangi dampak kerugian ekonomi dan korban jiwa ketika terjadi bencana.

Salah satu diantaranya adalah dengan penguatan kapasitas untuk memahami potensi risiko, strategi menghadapi bencana, serta menghadapi situasi pasca bencana.

Momen peran Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan pertemuan global untuk pengurangan risiko bencana (Global Platform Disasater Risk Reduction/ GP DRR) di Bali pada bulan Mei 2022 menjadi penegas bahwa Indonesia sudah berkomitmen untuk menerima risiko sebagai upaya untuk bertransformasi menjadi lebih Tangguh (resilient).

Tantangan utama dalam upaya kesiagsiagaan bencana diantaranya adalah persepsi risiko bencana yang sangat berkaitan dengan komunikasi risiko.

Inovasi penyediaan pengetahuan semakin diperlukan untuk meningkatkan kesadaran atas risiko bencana dan selanjutnya dapat mempengaruhi perubahan perilaku untuk lebih bersiap menghadapi bencana.

Jika melihat kembali kerangka pengurangan risiko bencana yang tertuang di dalam Sendai Framework 2015-2030, sudah diarahkan mempertimbangkan penggunaan sains dan teknologi dalam mengoptimalkan upaya pengurangan risiko bencana.

Berbagai konsep kebencanaan perlu mendapatkan penjelasan yang lebih tepat, praktis dan mendekati visualisasi yang nyata, namun tetap dapat mempertimbangkan budaya masyarakat Indonesia yang beragam.

Mengambil contoh dari jenis bencana tsunami misalnya, secara ilmiah para pakar sudah mengetahui terdapat beberapa penyebab terjadinya tsunami. Namun, pengetahuan yang dimiliki masyarakat umum dan juga para pemangku kepentingan masih terbatas.

Berbeda dengan pemicu tsunami di Aceh yang sangat melekat dalam ingatan hampir seluruh masyarakat Indonesia, kejadian tsunami di Teluk Palu tahun 2018 serta Tsunami di Banten pada tahun berikutnya menunjukkan proses yang berbeda.

Sehingga, dampak yang ditimbulkan masih sangat signifikan. Bahkan Penanganan pasca bencana juga menyisakan masalah yang berlapis karena kurang siapnya menghadapi bencana serta pasca bencana.

Teknologi Virtual Reality/VR: memberikan pengalaman yang mendekati kenyataan

Virtual Reality/ VR adalah sebuah teknologi yang dapat memfasilitasi adanya pengalaman yang mendekati kenyataan dalam bentuk visual. Pemanfaatan di bidang kebencanaan sudah digunakan untuk peningkatan kesadaran masyarakat atas risiko.

Bencana (Kanal dkk., 2022). Kondisi yang mendekati kondisi nyata dapat memberikan rangsangan pada indera penglihatan dan pendengaran sehingga dapat membantu peningkatan kesadaran dan secara psikologis merubah perilaku seseorang (Gagliardi dkk., 2023).

Peningkatan kesadaran saja tidak akan otomatis merubah perilaku, tetapi perlu adanya perasaan sangat mendesak dan penting (Mol dkk., 2022). Tindakan yang yang diambil adalah berdasarkan dorongan dari dalam diri seseorang.

Berdasarkan pada adanya intevensi penggunaan teknologi, diperlukan adanya kemauan untuk menggunakan teknologi yang dipengaruhi oleh kegunaan dan kemudahan dalam menggunakannya (Davis, 1989).

Kaji cepat penerimaan teknologi untuk komunikasi risiko terhadap tsunami

Kelompok Riset Penduduk dan Kebencanaan, Pusat Riset Kependudukan BRIN bekerja sama dangan Pusat Riset Data Sains dan Informasi BRIN bekerja sama dengan Direktorat Tata Ruang, Pertanahan dan Penanganan Bencana melakukan kaji cepat dalam event “Peringatan Hari Pengurangan Risiko Bencana” pada tanggal 11-14 Oktover 2023 di Kota Kendari.

Tim menyiapkan tools simulasi penyelamatan diri dengan skenario kejadian tsunami pada situasi didalam ruangan. Alat VR yang digunakan adalah Oculus.

Untuk mengetahui penerimaan dan peran alat ini, maka responden diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan sebelum menggunakan alat ini (pre-test) dan berikutnya menjawab beberapa pertanyaan setelah memiliki pengalaman mencoba alat tersebut (Post-test).

Terdapat 36 partisipan yang dipilih dan sukarela bersedia mencoba alat VR dan memberikan jawaban saat Pre-Test dan Post-Test. Masing-masing partisipan mencoba menggunakan alat sekitar 2-4 menit untuk merasakan pengalaman tsunami yang terjadi di dalam ruangan.

Gambaran responden adalah merupakan kategori usia diatas 18 tahun (80 persen) dan selebihnya adalah anak-anak usia 15-17 tahun (usia sekolah). Secara keseluruhan, terdapat sekitar 60persen mengaku cukup familiar dengan konsep pengurangan risiko bencana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 78 persen responden menyatakan keyakinan bahwa penggunaan alat VR dapat meningkatkan pemahaman dan kesiapan mereka dalam menghadapi situasi bencana.

Namun, terkait dengan penerimaan terhadap pengalaman mendekati kenyataan, perempuan lebih kawatir dibandingkan dengan kelompok laki-laki.

Demikian juga untuk kelompok disabilitas, mereka menyatakan kawatir dengan situasi yang dilihat karena penyelamatan diri yang ditunjukkan pada simulasi di dalam alat adalah aktivitas berenang.

Temuan ini memberikan dasar yang kuat untuk mengeksplorasi lebih dalam potensi pemanfaatan teknologi VR dalam konteks pengurangan risiko bencana.

Meskipun begitu, temuan kuantatif ini perlu diperdalam melalui serangkaian pertanyaan terbuka yang lebih mendalam.

Secara umum, alat VR memberikan dukungan reponse yang dapat berdampak pada perubahan perilaku dan sikap diantaranya adalah:

  1. Tindakan penyelamatan: keterampilan untuk menyelamatkan diri: berenang, evakuasi, cara menyelamatkan diri dan juga berbagai peralatan yang diperlukan.
  2. Pengalaman nyata menghadapi bencana. Teknologi VR dapat membantu meningkatkan pemahaman atas risiko bencana dan menggunakan teknologi untuk membantu mengarahkan pentingnya melakukan suatu tindakan antisipatif.
  3. Keterpaparan pada teknologi maju namun mudah digunakan.

Tindak Lanjut: pengembangan selanjutnya

  • Literasi kebencanaan dapat dikembangkan dengan menggunakan teknologi VR, namun penyediaan informasi di dalam alat VR perlu mempertimbangkan konteks masing-masing wilayah di Indonesia serta harus bersifat inklusif untuk berbagai karakteristik sosial demografi dan psikologi penduduk. Oleh karena itu, pengembangan selanjutnya perlu melibatkan berbagai pihak khususnya pihak swasta dalam menduplikasi prototype yang dibangun oleh peneliti.
  • Pelibatan ilmu sosial dalam pengembangan dan penerapan teknologisangat diperlukan untuk menjadikan teknologi VR bermanfaat sebagai sarana meningkatan kesadaran atas risiko bencana. Kajian penerimaan teknologi oleh masyarakat sebelum teknologi diimplementasikan akan mendukung keberlanjutan manfaat alat tersebut.
  • Penyediaan informasi yang berjenjang dan inklusif dapat dilakukan dengan kolaborasi berbagai pihak di tingkat daerah sebagai pengguna teknologi sekaligus penyedia data dan informasi.

Gusti Ayu Ketut Surtiari, Syarifah Aini Dalimunthe, Abdul Fikri Angga Reksa
Peneliti Pusat Riset Kependudukan - BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2024/01/12/123400423/penguatan-sadar-risiko-bencana-dengan-penggunaan-teknologi-virtual-reality

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke