Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seberapa Besar Kekuatan Kibasan Ekor Dinosaurus? Studi Ungkap

KOMPAS.com - Sesekali, para ilmuwan melakukan penelitian untuk menguji beberapa hipotesis aneh. Salah satunya dalam studi baru ini, yakni tentang seberapa kuat kibasan ekor dinosaurus.

Tim ahli palentologi dan aerospace engineer menyimulasikan bagaimana saat ekor dinosaurus sauropoda bergerak.

Ini dilakukan untuk mengetahui apakah gerakan ekor sauropoda berleher panjang ini lebih cepat daripada kecepatan suara dan cukup cepat untuk menghasilkan retakan kecil.

Penelitian sebelumnya telah menemukan jika ekor mereka memiliki struktur seperti ekor banteng yang lebih panjang.

Jika itu benar dinosaurus herbivora ini mungkin menggunakan ekornya untuk mempertahankan diri dari pemangsa. Namun ahli paleontologi lagi tak begitu yakin dengan hal tersebut.

Dikutip dari Science Alert, Rabu (28/12/2022) selama ini memang banyak teori telah diperdebatkan tentang mengapa dinosaurus diplodocida, sekelompok sauropoda yang mencakup Brontosaurus memiliki ekor yang panjang dan ramping.

Selain menjadi senjata pertahanan, diplodocida mungkin menggunakan ekornya untuk membuat suara, mengimbangi leher panjang mereka, mendorong tanah di sekitar mereka, atau sebagai kaki ketiga yang berguna menstabilkan tubuh layaknya pada kanguru.

Sayangnya, belum ada ekor diplodocida lengkap yang ditemukan sejauh ini sehingga peneliti di balik studi terbaru ini melakukan studi dari lima fosil diplodocid.

Studi yang dipimpin ahli paleontologi Simone Conti dari Universitas NOVA, Lisbon, Portugal kemudian membuat pemodelan dengan menambahkan sifat material dari jaringan lunak seperti kulit, tendon dan ligamen.

Sementara morfologi jaringan lunak internal ekor sauropoda masih belum banyak diketahui, karena hanya jejak kulit dan tulang yang diawetkan saja yang ditemukan dalam catatan fosil dinosaurus ini.

Jadi Conti dan rekannya menyimpulkan susunan jaringan lunak ekor berdasarkan struktur tulang.

Mereka juga memperkirakan ketebalan kulit berdasarkan kulit buaya, memodelkan ketegangan mekanis yang dapat ditahan oleh jaringan lunak ini saat ekor digerakkan bolak-balik.

Dalam model komputer, ekor memiliki berat 1.446 kilogram dan berukuran panjang 12 meter.

Mensimulasikan sifat mekanik jaringan lunak dan gerakan rotasi ekor, peneliti menemukan ekor diplodocida lebih kaku dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pada ujungnya, ekornya bergerak dengan kecepatan sekitat 30 meter per detik atau 100 kilometer per jam, 10 kali lebih lambat dari kecepatan suara dan tak cukup cepat untuk menciptakan dentuman supersonik.

Ekor tipis seperti cambuk tak dapat menahan tekanan bergerak dengan kecepatan suara tanpa mengakibatkan ekor putus.

Peneliti pun menghitung kekuatan tumbukan ujung ekor dengan kecepatan 30 meter per detik dan menemukan itu setara dengan tekanan yang dihasilkan oleh bola golf melaju dengan kecepatan 315 Km per jam.

Sehingga meski tak menghasilkan pukulan supersonik, itu tetap menyakitkan dan tak mengesampingkan kemungkinan bahwa diplodocida menggunakan ekornya untuk mendaratkan pukulan defensif atau terlibat dalam pertempuran antarspesies.

"Tekanan seperti itu tak akan bisa mematahkan tulang atau mengoyak kulit tetapi akan memberikan pukulan yang masuk akal," ungkap Conti.

Studi tentang seberapa besar kekuatan kibasan ekor dinosaurus ini telah dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/12/29/100200823/seberapa-besar-kekuatan-kibasan-ekor-dinosaurus-studi-ungkap

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke