Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nyamuk Jantan Berkerumun dan Keluarkan Bau Sebelum Kawin

KOMPAS.com - Nyamuk adalah hewan penyebab berbagai penyakit berbahaya termasuk malaria, kaki gajah, hingga demam berdarah dengue (DBD).

Maka dari itu, nyamuk sering dianggap sebagai hama yang menganggu dan harus dibasmi lantaran perkembang biakannya yang cepat dan menghasilkan banyak anak nyamuk.

Terlebih, ketika memasuki musim hujan di mana banyak tempat yang bisa menjadi sarang bagi nyamuk untuk bertelur maupun hidup di sekitarnya.

Dilansir dari Live Science, Senin (12/9/2016) setidaknya ada lebih dari 3.000 spesies nyamuk di seluruh dunia. Nyamuk jantan umumnya dapat hidup sekitar satu pekan, sedangkan nyamuk betina hingga sekitar 100 hari

Di daerah tropis, nyamuk berkembang biak sepanjang tahun, sementara di daerah beriklim sedang bergantung pada musim tertentu.

"Mengingat masa hidup mereka yang singkat, nyamuk memiliki apa yang kita sebut generasi yang tumpang tindih. Perkawinan bisa terjadi sepanjang musim tetapi dengan kelompok usia yang berbeda," ujar ahli entomologi di Cornell University Laura Harrington.

Berkaitan dengan proses perkembang biakannya, ternyata serangga berdengung ini memiliki cara unik sebelum kawin.

Untuk mengetahui bagaimana cara nyamuk kawin, kamasutra satwa kali ini akan membahasnya.

Nyamuk berkerumun dan berpacaran

Sama seperti hewan lainnya, nyamuk juga memiliki cara tersendiri untuk kawin. Spesies nyamuk tertentu akan menggunakan pendekatan secara berkelompok dengan kawanannya, agar bisa kawin, di mana nyamuk jantan akan berkerumun yang jika dilihat tampak seperti silinder.

Para ahli masih belum mengetahui bagaimana kawanan nyamuk bisa terbentuk, namun nyamuk cenderung berkumpul di satu tempat, misalnya di atas tanah kosong atau di atap rumah.

"Itu (cara nyamuk berkerumun untuk kawin) salah satu misteri biologi," tutur Harrington.

Ketika para betina terbang menuju kerumunan tersebut, pejantan dapat mengidentifikasi mereka berdasarkan frekuensi kepakan sayap yang lebih rendah. Sebab, frekuensi kepakan sayap nyamuk betina lebih rendah dibandingkan nyamuk jantan, sehingga mudah dikenali.


Cara ini pun digunakan spesies nyamuk yang tidak berkerumun saat kawin, dengan mengidentifikasi frekuensi sayap mereka. Sejauh ini, kata Harrington, nyamuk melakukan ritual "panggilan kawin" dengan menyelaraskan frekuensi sayap nyamuk dewasa yang lebih besar.

"Penanda kimia (feromon) mungkin juga penting untuk kawin, tetapi para peneliti belum menyelidiki sebanyak ini," imbuhnya.

Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Ecology & Evolution menemukan, bahwa pejantan melepaskan feromon agregasi atau bau, yang menarik betina ke kawanan agar meningkatkan peluang untuk kawin.

“Dalam kondisi semi-lapangan di Afrika Selatan, eksperimen menunjukkan bahwa campuran bau, menarik betina ke kawanan jantan dan meningkatkan keberhasilan kawin secara luar biasa di semua vektor malaria utama Afrika,” ungkap penulis studi Jacek Zawada dilansir dari Times Higher Education, Jumat (25/3/2022).

Feromon inilah yang digunakan para peneliti untuk mengendalikan populasi nyamuk, dan menekan penyakit yang disebabkannya.

Di sisi lain, Harrington mengatakan hanya satu spesies nyamuk yang diketahui aktif melakukan ritual pacaran. Misalnya, spesies nyamuk dari Amerika Selatan, Sabethes cyaneus, pejantan akan melambaikan struktur khusus di kaki mereka untuk membuat betina terkesan.

Adapun pada nyamuk jantan dalam genus Opifex, memanfaatkan kematangan betina yang sangat cepat. Mereka akan langsung mendekati nyamuk betina segera setelah keluar dari pupa untuk mengawininya.

Proses perkawinan nyamuk berlangsung sangat cepat, bahkan terkadang tidak lebih dari 15 detik. Nyamuk jantan memiliki struktur seperti penjepit disebut clasper di perut mereka, yang digunakan untuk mencengkeram betina.

Pada saat ini terjadi, organ reproduksi jantan (aedaegus) bergerak ke atas kemudian masuk ke vagina betina untuk inseminasi atau pembuahan.

Uniknya, cairan sperma nyamuk jantan mengandung sejumlah bahan kimia yang memiliki berbagai efek fisiologis pada betina, agar mendorongnya untuk bertelur maupun mengonsumsi lebih banyak darah.

Tidak seperti nyamuk jantan yang akan terus kawin sampai mati, kebanyakan nyamuk betina hanya kawin satu kali seumur hidupnya. Para betina menyimpan sperma untuk membuahi semua telur yang dihasilkan.

"Pada suhu 28 derajat Celsius, Anda bisa melihat satu kelompok telur setiap tujuh hari, dan beberapa nyamuk dapat bertelur 200 telur atau lebih dalam satu kelompok," jelas Harrington.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/27/132110723/nyamuk-jantan-berkerumun-dan-keluarkan-bau-sebelum-kawin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke