Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Diabetes Melitus Bisa Menyerang Anak-anak, Jangan Sepelekan Gejalanya

KOMPAS.com - Kendati diabetes banyak juga dialami orang dewasa, namun ternyata diabetes pada anak juga jangan disepelekan. Sebab, penyakit diabetes melitus juga bisa menyerang anak-anak.

Setiap tanggal 14 November tiap tahunnya diperingati sebagai World Diabetes Day atau Hari Diabetes Sedunia. Peringatan Hari Diabetes Dunia 2021 mengusung tema Access to Diabetes Care atau akses ke perawatan diabetes.

Anggota Dewan Penasehat Physician International Society for Pedriatric and Adolescents Diabetics (ISPAD), Prof DrR Dr Aman B Pulungan, FAAP, FRCP(Hon) mengajak momen ini dijadikan sebagai pengingat kita bahwa diabetes juga bisa menyerang anak-anak.

"Diabetes ini fenomena gunung es, banyak yang tidak sadar diabetes ini bukan hanya penyakit orang dewasa, tetapi juga bisa terjadi juga pada anak-anak (di bawah usia 18 tahun)," kata Aman dalam Media Briefing Hari Diabetes Sedunia 2021, Sabtu (13/11/2021).

Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018, menunjukkan angka kejadian diabetes pada anak usia 0-18 tahun mengalami peningkatan sebesar 700 persen selama jangka waktu 10 tahun.

Menurut Aman, data prevalensi jumlah kasus diabetes melitus pada anak di Indonesia saat ini memang kita menempati urutan kelima terbanyak di dunia. Tetapi, itu data yang terdiagnosis saja.

Sayangnya, data underdiagnosis atas kasus baru diabetes melitus pada anak, Indonesia menempati urutan pertama di dunia terkait proporsi kasus baru DM pada anak yang tidak terdiagnosis.

"Artinya, kita masih belum tahu seberapa banyak kasus DM pada anak di bawah gunung es tersebut, ini yang jadi PR kita bersama," ujarnya.

Apa itu diabetes melitus?

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah di atas normal yang berlangsung secara kronis.

Hal ini disebabkan adanya gangguan pada hormon insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas.

Insulin berfungsi mengatur penggunaan glukosa oleh otot, lemak atau sel-sel lain di tubuh. 

Apabila produksi insulin berkurang, maka akan menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Untuk diketahui, Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis pada anak ini dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu Diabetes Melitus tipe 1 dan Diabetes Melitus tipe 2.

DM tipe-1 disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi cukup insulin.

Penyebab DM tipe-1 adalah interaksi dari banyak faktor yakni, kecenderungan genetik, faktor lingkungan, sistem imun, dan sel Beta pankreas yang perannya masing-masing terhadap proses DM tipe-1 belum diketahui.

Sedangkan, DM tipe-2 disebabkan oleh gangguan kerja insulin yang juga dapat disertai kerusakan pada sel pankreas.

Berbeda dengan DM tipe-1, DM tipe-2 sangat erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat seperti beran badan berlebih, obesitas, kurang aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan diet tidak sehat atau tidak seimbang, serta merokok.

Jumlah kasus baru DM tipe-1 dan tipe-2 berbeda antar populasi dengan distribusi usia dan etnik yang bervariasi.

"Anak-anak paling banyak mengidap diabetes (DM) tipe-1, tapi ada pula yang mengidap DM tipe-2 langsung," ujarnya.

Meskipun, kasus DM tipe-1 merupakan kasus yang paling banyak dijumpai pada anak-anak dan remaja, tetapi ada pula kecenderungan peningkatan kasus DM tipe-2 pada anak dengan faktor risiko obesitas, genetik dan etnik, serta riwata DM tipe-2 di keluarga.

"Nah, apalagi dengan kondisi pandemi sekarang ini, anak-anak lebih banyak makan cepat saji, tinggal pesan sambil duduk di hape, jarang beraktivitas fisik atau olahraga, risiko mereka (anak-anak dan remaja) mengalami obesitas dan diabetes juga. Ini yang banyak tidak disadari," kata dia.

Oleh karena itu, Aman menegaskan bahwa hal ini harus menjadi perhatian, karena diabetes sangat mempengaruhi kehidupan anak hingga masa yang akan datang.

Sebab, diabetes merupakan salah satu dari jenis penyakit tidak menular (PTM) yang tidak dapat disembuhkan.

"Diabetes ini tidak bisa diobati, jadi anak-anak yang mendapati diabetes harus suntik insulin dan menjaga pola makan, serta gaya hidupnya seumur hidup," jelasnya.

Namun, dengan kontrol metabolik yang baik, anak dapat tumbuh dan berkembang selayaknya anak sehat lainnya.

Kontrol metabolik yang baik tersebut yaitu mengupayakan kadar gula darah dalam batas normal atau mendekati nilai normal tanpa menyebabkan anak malah kekurangan glukosa dalam darah.

Pengelolaan dilakukan dengan pemberian tatalaksana yang sesuai baik insulin maupun obat-obatan, pengaturan makan, olahraga, dan edukasi, serta pemantauan gula darah secara mandiri (home monitoring).

Gejala diabetes pada anak

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terkait diabetes melitus pada anak-anak dan remaja.

  1. Banyak makan atau merasakan lapar terus menerus meski baru selesai makan
  2. Banyak minum atau merasa haus terus-menerus karena tubuh tidak mampu produksi insulin
  3. Banyak kencing dan mengompol
  4. Penurunan berat badan yang drastis dalam 2-6 minggu sebelum terdiagnosis
  5. Mudah merasa lelah atau kelelahan
  6. Mengalami gangguan perilaku dan perubahan emosi menjadi cepat marah dan murung
  7. Area lipatan seperti ketiak dan leher yang menggelap
  8. Tanda kedaruratan lainnya yang perlu diwaspadai, antara lain sesak napas, dehidrasi, syok, dan napas berbau keton.

Jika anak-anak Anda sudah memiliki beberapa gejala diabetes di atas, maka sebaiknya segeralah memeriksakan diri ke dokter untuk diminta mengukur kadar gula dalam darahnya.

Untuk mencapai kontrol metabolik yang optimal mendukung anak-anak dengan diabetes, dibutuhkan penanganan yang menyeluruh baik oleh keluarga, ahli endokrinologi anak atau dokter anak, ahli gizi, ahli psikiatri, psikologi anak, pekerja sosial dan edukator.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/15/180200823/diabetes-melitus-bisa-menyerang-anak-anak-jangan-sepelekan-gejalanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke