Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sampah Plastik Bikin Pantai Lebih Panas di Siang Hari, Makin Dingin saat Malam

KOMPAS.com - Studi baru menunjukkan, sampah plastik yang ada di pantai dapat mengubah suhu pasir. Sampah plastik membuat suhu pantai saat siang hari lebih panas dan di malam hari lebih dingin.

Hal ini diketahui setelah peneliti dari University of Tasmania di Australia melakukan eksperimen di Pulau Henderson yang ada di Samudera Pasifik dan Kepulauan Cocos yang terletak di Samudera Hindia.

Pulau Henderson dan Kepulauan Cocos merupakan surga terpencil dengan hamparan pasir putih. Namun sayangnya, banyak ditemukan sampah plastik di sana.

Beberapa tahun lalu, Pulau Henderson menjadi topik berita utama ketika peneliti menemukan 18 juta ton plastik berserakan di pulau itu. Padahal, jarak pulau Henderson dengan daratan utama lebih dari ribuan mil.

Sekarang, tim peneliti yang sama menemukan bahwa sampah plastik itu memengaruhi suhu pasir di Pulau Henderson dan Kepulauan Cocos.

Hasil penelitian yang diterbitkan secara online di Journal of Hazardous Materials pada bulan Mei menunjukkan bahwa polusi plasik mengubah suhu pasir.

Perubahan suhu pasir tentu saja akan berdampak pada spesies pantai yang sensitif terhadap panas seperti kepiting, kerang, siput, juga burung pantai dan penyu yang menggunakan pantai untuk bersarang.

Dampak sampah plastik

Dilansir dari Smithsonian Magazine, Selasa (5/10/2021), plastik membahayakan satwa liar dengan berbagai cara.

Ketika burung, ikan, dan hewan lain memakan plastik, benda itu akan terperangkap di dalam tubuh hewan dan menyebabkan rusaknya organ.

Plastik juga bisa membuat hewan merasa kenyang, sehingga mereka berhenti makan.

Bahkan kelomang menggunakan gelas plastik licin untuk cangkangnya, lalu tersangkut dan mati.

Mikroplastik melarutkan bahan kimia ke dalam jaringan dan organ hewan setelah dicerna, menimbulkan risiko potensial seperti kegagalan organ dan stres reproduksi di dasar rantai makanan karena bahan kimia terakumulasi secara biologis.

Di sisi lain, hanya ada sedikit penelitian yang berfokus pada bagaimana polusi plastik memengaruhi lingkungan secara fisik.

Minimnya pengetahuan terkait dampak sampah plastik dan lingkungan mendorong Jennifer Lavers, ahli ekotoksikologi kelautan di University of Tasmania di Australia, untuk mengukur suhu pantai.

“Sampai saat ini, ada begitu banyak literatur yang berfokus pada dampak sampah plastik terhadap spesies tertentu," tulis Lavers.

“Ketika saya berkunjung ke banyak tempat atau pantai, sampah plastik yang saya lihat pada 12 atau 24 bulan lalu masih ada di sana bahkan bertambah. Saya tahu, itu pasti memiliki efek (pada suhu pantai), tetapi tidak ada datanya.”

Untuk melacak polusi plastik dan mengukur suhu pasir, Lavers dan rekannya membuat jaringan seluas sepuluh petak, kira-kira seluas 1 meter di seluruh pulau Henderson dan Kepulauan Cocos.

Tim Lavers kemudian menghitung berapa banyak potongan plastik yang ada dan mereka juga memasang sensor suhu di dua kedalaman, kira-kira sedalam 2 dan 12 inci di dalam pasir.

Itu adalah set-up eksperimental sederhana. Namun dalam melakukan eksperimen ini, mereka menghadapi satu masalah mendasar.

"Mereka tidak dapat menemukan ruang kosong untuk ruangan (variabel) kontrol," kata Jack Auty, ahli biologi interdisipliner di University of Tasmania yang memimpin analisis data pembelajaran.

Plastik begitu meresap ke dalam tanah, sehingga peneliti tidak menemukan satu area pasir yang tidak mengandung plastik.

Akhirnya, tim menggunakan area yang paling tidak tercemar untuk digunakan sebagai variabel kontrol.

Setelah menunggu selama tiga bulan, Auty menganalisis suhu per jam dan per hari.

“Saat saya menjelajahi data ini, saya melihat bagaimana ritme sirkadian (suhu) dipengaruhi secara besar-besaran oleh tingkat permukaan plastik,” kata Auty.

Di pasir dangkal dengan tingkat plastik sedang, suhu maksimum harian sekitar 2,5 derajat Celsius lebih hangat daripada situs plastik rendah dan tinggi, dan suhu minimum harian mereka sekitar 1,5 derajat Celsius lebih dingin.

Suhu lebih stabil di sensor yang lebih dalam di setiap lokasi penelitian, dan efeknya hilang begitu lapisan plastik menjadi terlalu tebal.

Para peneliti perlu melakukan eksperimen lebih lanjut untuk memastikan alasan pemanasan dan pendinginan, mereka memiliki ide untuk menjelaskan pola suhu harian yang mereka temukan.

Pemanasan siang hari bisa jadi karena efek isolasi dari plastik, seperti rumah kaca yang memerangkap panas dan kelembapan di dalamnya. Efek pendinginan malam hari, kata Auty, lebih membingungkan.

Plastik di pasir bisa berfungsi sebagai jalur untuk udara dan air yang memungkinkan panas menghilang dari bawah permukaan lebih mudah setelah radiasi matahari tidak menjadi faktor.

Para ilmuwan perlu melakukan penelitian lain untuk mencari tahu mengapa perubahan suhu terjadi.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/25/170200523/sampah-plastik-bikin-pantai-lebih-panas-di-siang-hari-makin-dingin-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke