Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nyeri Dada Bisa Jadi Gejala Covid-19, Kok Bisa? Ini Penjelasan Ahli

KOMPAS.com - Gejala Covid-19 paling umum adalah batuk, pilek dan demam. Namun, penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini juga bisa mengakibatkan berbagai keluhan lain termasuk nyeri dada.

Mengapa bisa begitu, dan apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh seseorang yang terinfeksi Covid-19?

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Primaya Hospital Makassar, dr Bambang Budiono SpJP, FIHA, FAPSIC, FSCAI membenarkan bahwa nyeri dada bisa jadi ada indikasi sakit asam lambung dan serangan jantung, dan juga penyakit baru Covid-19 ini.

Menurut Bambang, ada banyak hal yang bisa menyebabkan pasien mengalami nyeri dada setelah terinfeksi Covid-19.

Pertama, nyeri dada akibat Covid-19 dapat terjadi jika terjadi penyulit seperti radang selaput pembungkus jantung (perikarditis) dan radang otot jantung (miokarditis).

Selaput pembungkus jantung adalah lapisan tipis yang berbentuk kantong dan berfungsi agar jantung tidak berpindah posisi, serta melindungi jantung dari gesekan maupun penyebaran infeksi dari jaringan tubuh lain.

Sementara itu, otot jantung berfungsi sebagai alat pompa darah dari jantung ke organ tubuh yang lain.

Sehingga, ketika perikarditis dan miokraditis ini terjadi, dada pasien akan semakin terasa nyeri karena fungsi pertahanan di luar jantung sedang terganggu akibat inflamasi Covid-19 tersebut.

Serta, aliran darah dari jantung ke organ tubuh lainnya juga akan terganggu. Adanya gangguan otot jantung yang kekurangan supply oksigen atau aliran darah, hal ini akan mengalami metabolisme anaerob sehingga menghasilkan asam laktat.

Sebagai catatan, produksi asam laktat berlebih pada sel-sel otot jantung ini dapat mencetuskan rasa nyeri dada.

Kedua, apablia terdapat serangan jantung karena pembentukan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner saat seseorang tersebut terinfeksi Covid-19, maka ini juga dapat mengakibatkan pasien mengalami nyeri dada.

Bambang menjelaskan bahwa gangguan tersebut terjadi karena Covid-19 berpotensi menimbulkan gangguan koagulasi atau pembekuan darah.


Dalam webinar edukasi Primaya Hospital bertajuk Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah, Rabu (29/9/2021), Bambang menyebutkan bahwa penyebab nyeri dada pada pasien Covid-19 yang berikutnya adalah peradangan pleura.

Infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 bisa menimbulkan peradangan pada pleura atau selaput pembungkus paru.

Pleura adalah selaput tipis yang menyelimuti paru-paru dan dinding dada bagian dalam. Fungsinya untuk mengatasi gesekan pada saat paru-paru mengembang dan mengempis.

Ketika peradangan di selaput pembungkus paru itu terjadi, maka pasien akan mengalami pleuritic pain dengan tanda nyeri dada bertambah berat saat menarik napas.

Adapun, kata Bambang, gejala potensi jantung lain yang wajib diketahui bisa berupa sesak dan cepat lelah bila beraktivitas, ganggaun irama jantung, syncope (pingsan) dan berbagai gejala lainnya.

"Hal yang harus dilakukan jika merasakan gejala-gejala tersebut adalah segera berobat ke dokter untuk memastikan penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan khusus, sekaligus memberikan sesuai kelainan yang didapatkan," kata Bambang.

Sebab, tidak semua nyeri dada merupakan akibat dari infeksi Covid-19, tetapi juga bisa dikarenakan adanya penyakit jantung ataupun asam lambung.

Sehingga, dengan memeriksakan diri kepada dokter ahli, Anda dapat mengetahui diagnosis dan terapi yang tepat terhadap keluhan nyeri dada yang Anda rasakan.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/01/170200623/nyeri-dada-bisa-jadi-gejala-covid-19-kok-bisa-ini-penjelasan-ahli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke