Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sulit Punya Anak Kedua? Ketahui Faktor Pemicu dan Terapi Pengobatannya

KOMPAS.com - Meskipun sudah pernah hamil dan melahirkan seorang anak, tetapi tidak semua pasangan mudah mendapatkan anak kedua.

Nah, ketika kehamilan anak kedua tak kunjung terjadi, bisa jadi ada permasalahan infertilitas sekunder yang Anda atau pasangan Anda alami. 

Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre, dr Upik Anggraheni Sp.Og-KFER melalui keterangan tertulisnya, Kamis (2/9/2021).

Infertilitas sekunder adalah kegagalan pasangan suami-istri untuk hamil setelah satu tahun berhubungan seksual secara teratur tanpa alat kontrasepsi, tetapi pasangan tersebut sudah memiliki anak sebelumnya.

Menurut Upik, sekitar 10-15 persen pasangan mengalami infertilitas dan sepertiganya mengidap infertilitas sekunder.

Ada beberapa penyebab yang bisa membuat sebuah pasangan mengalami infertilitas sekunder ini. Di antaranya seperti berikut:

  • Infeksi
  • Riwayat buruk kehamilan sebelumnya
  • Persalinan dengan operasi sesar
  • Wanita dengan indeks massa tubuh di atas 25 kg/m2
  • Gangguan ovulasi (PCOS)
  • Pria gemuk (obesitas)
  • Varikokel (pembesaran pembuluh darah di dalam skrotum pada pria)

Kendati demikian, Upik menegaskan agar pasangan dengan infertilitas sekunder ini, untuk tidak berputus ada dan segeralah berkonsultasi dengan dokter ahli.

"Jangan ragu untuk mengecek kondisi Anda dan pasangan sebelum merencanakan kehamilan anak kedua," ujarnya.

Perubahan gaya hidup, pertambahan usia, riwayat penyakit, atau tindakan bedah di daerah kandungan dapat mempengaruhi kesuburan Anda dan pasangan. 

"Perencanaan dan persiapan yang matang dapat membantu meningkatkan peluang keberhasilan terjadinya kehamilan," tegasnya.


Terapi dan pengobatan infertilitas sekunder

Upik menjelaskan, terapi dan pengobatan infertilitas sekunder tetap mengikuti alur penanganan infertilitas pada umumnya. Di antaranya seperti berikut:

1. Analisis lengkap riwayat medis pasangan

Dalam hal kesuburan, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya tidak selalu membuat peluang kehamilan selanjutnya lebih mudah. 

Hal ini lebih seringkali berkaitan dengan bertambahnya usia yang memengaruhi kuantitas dan kualitas sel telur dan sperma. 

"Jadi, penyebab infertilitas sekunder ini bukan hanya salah satu pihak (wanita atau pria) saja, tetapi keduanya," kata Upik.

2. Identifikasi risiko terkait kesuburan

Upik menegaskan, faktor penyebab infertilitas sekunder dapat berasal dari wanita, pria, ataupun kombinasi keduanya. 

Adapun, setiap pasangan juga diminta untuk mawas diri dan mengetahui juga apa saja faktor risiko dari infertilitas sekunder ini selain penyebabnya.

Berikut beberapa faktor risiko pasangan mengalami infertilitas sekunder.

  • Usia
  • Infeksi
  • Lingkungan (polusi, pajanan asap rokok, alkohol, kafein)
  • Genetik
  • Nutrisi
  • Stres
  • Frekuensi berhubungan seksual
  • Gaya hidup

Upik berkata bahwa delapan faktor di atas dapat berkontribusi menjadi penyebab terjadinya masalah kesuburan. 

"Faktor usia menjadi salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan," tuturnya.

Usia 35 tahun pada wanita adalah titik di mana cadangan ovarium mulai menurun secara cepat sampai dengan usia 45 tahun, di mana usia ini merupakan batas usia dilakukannya program IVF (bayi tabung) dengan sel telur milik sendiri. 

3. Pemeriksaan fisik pasangan

Pemeriksaan fisik pasangan akan dilakukan secara komprehensif baik pada suami maupun istri dengan infertilitas sekunder ini.

Adapun, penanganan dan sistematika pemeriksaan fisik pasangan ini akan dilakukan berdasarkan hasil analisis dari dokter penanggung jawabnya masing-masing.

4. Evaluasi ovulasi, USG transvaginal, dan histerosalpingografi (HSG) pada wanita

Evaluasi ovulasi dapat dinilai dari riwayat menstruasi dan pengukuran kadar progesteron darah atau luteinizing hormone (LH) urin. 

Sementara, HSG merupakan tes yang efektif untuk menilai kondisi rongga rahim dan ada tidaknya sumbatan di saluran tuba fallopi. 

Pada kasus kecurigaan endometriosis, adanya perlekatan atau masalah lain pada saluran telur dapat dipertimbangkan untuk dilakukan laparaskopi terlebih dahulu, sebelum program kehamilan dimulai. 

5. Analisis sperma pada pria

Analisis sperma adalah hal yang wajib dilakukan oleh pria untuk menentukan pilihan terapi selanjutnya. 

Umumnya, analisis sperma berlaku untuk tiga bulan terkait dengan spermatogenesis yang terjadi setiap 90 hari. 

Hasil analisis sperma mencakup volume, konsentrasi sperma, pergerakan, dan bentuk sperma yang normal. 

"Dari hasil tersebut, dapat diketahui jumlah total sperma yang bergerak untuk menentukan kelayakan sperma membuahi sel telur secara alami," jelasnya. 

Pilihan terapi akan ditentukan setelah dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi mengetahui masalah kesuburan pasangan sehingga dapat diketahui peluang dari setiap pilihan yang ada, baik program alami (sanggama terencana), inseminasi intrauterine, ataupun bayi tabung (IVF). 

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/08/090200723/sulit-punya-anak-kedua-ketahui-faktor-pemicu-dan-terapi-pengobatannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke