Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Selain Delta, Varian Lambda dan B.1.621 Juga Sedang Diamati Ilmuwan

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona SARS-CoV-2 terus berlanjut dan melahirkan banyak varian baru. Beberapa di antaranya lebih mampu menularkan virus atau kebal terhadap vaksin.

Sejauh ini, para ilmuwan fokus mempelajari varian Delta yang saat ini mendominasi kasus Covid-19 di dunia dan membuat angka penambahan kasus meroket.

Namun selain delta, para ilmuwan juga terus mengamati varian lain untuk melihat apa yang mungkin terjadi suatu hari nanti.

Beberapa varian yang diamati ahli

1. Varian Delta

Varian Delta pertama kali terdeteksi di India dan sejauh ini yang paling mengkhawatirkan.

Dilansir dari Reuters, Minggu (8/8/2021), Delta menyerang populasi yang tidak divaksinasi di banyak negara dan terbukti jauh lebih mudah menular dibanding varian pendahulunya.

Sebagai perbandingan, angka reproduksi varian Delta adalah 7-8. Artinya, seorang yang terinfeksi varian Delta bisa menyebarkan virus ke 7-8 orang lainnya.

Sementara angka reproduksi varian Alpha adalah 5 dan varian asli atau original (yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada Desember 2019) memiliki angka reproduksi 3-4.

Karena penularannya yang sangat cepat, menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan mengurangi manfaat vaksin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan Delta sebagai varian yang mengkhawatirkan atau variant of concern (VoC).

Menurut Shane Crotty, ahli virologi di La Jolla Institute for Immunology di San Diego, "kekuatan super" Delta adalah kemampuan menularnya.

Peneliti China menemukan bahwa orang yang terinfeksi Delta membawa virus 1.260 kali lebih banyak di hidung mereka dibandingkan dengan versi asli virus corona.

Beberapa penelitian AS menunjukkan bahwa orang yang sudah divaksinasi dan terinfeksi varian Delta memiliki "viral load" yang sama banyaknya dengan mereka yang tidak divaksinasi. Namun penelitian lebih lanjut untuk ini tetap diperlukan.

Sementara virus corona asli membutuhkan waktu hingga tujuh hari untuk menyebabkan gejala, Delta dapat menyebabkan gejala dua hingga tiga hari lebih cepat. Artinya, hanya sedikit waktu yang dimiliki sistem kekebalan untuk merespons dan meningkatkan pertahanan melawan virus.

Delta juga tampaknya bermutasi lebih lanjut, dengan munculnya laporan varian "Delta Plus", sub-garis keturunan yang membawa mutasi tambahan yang telah terbukti menghindari perlindungan kekebalan.

India mendaftarkan Delta Plus sebagai variant of concern pada bulan Juni, tetapi baik Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS maupun WHO belum memutuskannya.

Menurut Outbreak.info, database Covid-19 open-source, Delta Plus telah terdeteksi di setidaknya 32 negara. Para ahli mengatakan belum jelas apakah itu lebih berbahaya.

2. Varian Lambda

Varian Lambda menjadi salah satu perhatian para ilmuwan karena sudah dianggap sebagai bibit ancaman baru.

Kabar baiknya, para pakar penyakit menular mengatakan bahwa varian Lambda yang pertama kali diidentifikasi di Peru pada bulan Desember ini tampak sedang surut.

WHO mengklasifikasikan Lambda sebagai variant of interest (VoI), artinya membawa mutasi yang diduga menyebabkan perubahan penularan atau menyebabkan penyakit yang lebih parah, tetapi masih dalam penyelidikan.

Studi laboratorium menunjukkan Lambda memiliki mutasi yang melawan antibodi yang diinduksi vaksin.

Eric Topol, seorang profesor kedokteran molekuler dan direktur Scripps Research Translational Institute di La Jolla, California mengatakan, persentase kasus Lambda baru yang dilaporkan ke GISAID, database yang melacak varian SARS-CoV-2, telah menurun. Ini tanda bahwa variannya memudar.

"Para ahli penyakit mengatakan Lambda tampaknya tidak menyebabkan peningkatan penularan, dan vaksin tampaknya bertahan dengan baik untuk melawannya," kata Dr. William Schaffner, seorang ahli penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center yang melakukan diskusi dengan CDC melalui telepon belum lama ini.

3. B.1.621

Varian B.1.621, yang pertama kali muncul di Kolombia pada bulan Januari, di mana ia menyebabkan wabah besar, belum mendapatkan nama huruf Yunani.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa telah mendaftarkannya sebagai variant of interest, sementara Kesehatan Masyarakat Inggris menggambarkan B.1.621 sebagai varian yang sedang diselidiki atau variant under inverstigation.

B.1.621 membawa beberapa mutasi kunci, termasuk E484K, N501Y dan D614G, yang telah dikaitkan dengan peningkatan transmisibilitas dan penurunan perlindungan kekebalan.

Sejauh ini, ada 37 kemungkinan dan kasus yang dikonfirmasi di Inggris, menurut laporan pemerintah baru-baru ini, dan variannya telah diidentifikasi pada sejumlah pasien di Florida.

Yang perlu diketahui

Para ahli di seluruh dunia hingga saat ini belum menemukan bukti kuat bahwa vaksin yang ada saat ini dapat mencegah infeksi.

"Vaksin yang ada saat ini dapat mencegah penyakit parah, tetapi tidak mencegah infeksi," kata Dr Gregory Poland, seorang ilmuwan vaksin di Mayo Clinis.

Ini karena virus masih mampu bereplikasi di hidung, bahkan di antara orang yang divaksinasi, yang kemudian dapat menularkan penyakit melalui tetesan kecil aerosol.

Untuk mengalahkan SARS-CoV-2, katanya, kemungkinan akan membutuhkan vaksin generasi baru yang juga memblokir penularan. Sampai saat itu, dunia akan tetap rentan terhadap munculnya varian virus corona baru, menurut Polandia dan para ahli lainnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/10/110200923/selain-delta-varian-lambda-dan-b1621-juga-sedang-diamati-ilmuwan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke