Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Obat Malaria Artemisinin, Berasal dari Ramuan Obat Tradisional Kuno China

KOMPAS.com - Malaria adalah penyakit yang telah ribuan tahun menjadi musuh bagi manusia. Sejak pil kina ditemukan pertama kali, penemuan obat malaria terus berkembang, salah satunya artemisinin yang berasal dari ramuan obat tradisional kuno China.

Pil kina adalah obat malaria pertama yang ditemukan dari ekstrak kulit pohon kina yang banyak digunakan masyarakat di Amerika dekat Peru.

Dilansir dari Washington Post, Kamis (5/8/2021), pada masa kolonial, penjelajah Barat menemukan kulit kayu kina sangat efektif untuk mengobati malaria.

Pada tahun 1820, seorang ilmuwan Perancis mengidentifikasi kina sebagai bahan aktif dalam kulit kayu kina, dan ekstrak ini menjadi pengobatan standar untuk malaria.

Penyakit malaria, hingga saat ini masih dikenal sebagai masalah kesehatan bagi masyarakat di negara-negara berkembang. Bahkan, ratusan tahun lalu, malaria adalah wabah yang mengintai sepanjang masa perang di daerah-daerah tropis.

Di tengah perang yang berkecamuk di Vietnam, para militer Amerika Serikat harus berhadapan dengan malaria dalam perang di hutan-hutan Vietnam. 

Amerika pun mulai mengerahkan berbagai penelitian untuk mencari obat malaria pengganti klorokuin. Di saat yang sama, China, atas permintaan sekutunya Vietnam Utara, sedang bekerja untuk mengembangkan obat yang sama.

Salah satunya adalah artemisinin, obat malaria baru, yang merupakan hasil pengembangan dari ramuan obat tradisional China kuno yang ampuh untuk mengobati malaria, penyakit tropis yang telah membunuh lebih dari setengah juta orang setiap tahun.

Penemu obat malaria artemisinin ini adalah Tu Youyou, Farmakologis dari Akademi Ilmu Kedokteran China di Beijing bersama tim dalam Proyek 523 yang di mulai pada tahun 1967.

Pada mulanya, tim ini merupakan upaya rahasia yang melibatkan ratusan peneliti untuk menemukan obat malaria baru pada puncak revolusi kebudayaan kepemimpinan Mao Zedong.

Profesor Zhou Yiqing dari Akademi Ilmu Kedokteran Militer China mengatakan bahwa proyek 523 memiliki dua cabang.

Cabang satu berusaha mencari bahan sintetis di lab dan tim lain yang dipimpin oleh Tu Youyou mencari inspirasi dari buku kedokteran China kuno.

Yu dan tim mempelajari lebih dari 2.000 ramuan China yang ditulis dalam teks-teks lama untuk menemukan logika modern dengan cara kuno.

Saat mempelajari buku kedokteran China kuno untuk mencari obat malaria baru, mereka kemudian menemukan tanaman Artemisia annua. Tanaman yang kemudian menjadi bahan baku obat malaria artemisinin ini juga disebut apsintus tahunan, atau tanaman qinghao dalam bahasa China.

Artemisinin adalah obat malaria yang berasal dari tanaman obat yang ditemukan dalam catatan ramuan obat tradisional yang digunakan adalah resep yang ditulis dalam teks abad ketiga oleh tabib China, Ge Hong, untuk menyembuhkan demam intermiten.

Dalam resepnya, Ge Hong meminta untuk merendam tanaman qinghao dalam air, memerasnya lalu meminum jusnya dan bukan merebus tanaman tersebut ke dalam teh. Proses merebusnya juga disarankan untuk menggunakan suhu yang rendah.

Kendati terdapat beberapa masalah dalam membuat ekstrak yang bermanfaat dari tanaman qinghao, penelitian yang dilakukan oleh Yu membuahkan hasil.

Mereka menguji ekstrak obat tradisional China tersebut pada tikus dan hasilnya adalah hampir semua tikus dapat disembuhkan dari malaria.

Kemudian mereka menguji temuannya pada pasien manusia dan menunjukkan bahwa ekstrak qianghao bekerja jauh lebih baik dari standar pengobatan malaria sebelumnya yang menggunakan klorokuin sebagai obat.

Klorokuin sebelumnya dipilih sebagai pengobatan malaria pada tahun 1940-an sampai 1950-an. Namun karena penggunaannya yang begitu luas, menyebabkan jenis malaria yang resisten terhadap obat ini muncul.

Sementara dalam obat artemisinin beserta turunannya, selain mampu membasmi malaria dengan cepat tetapi juga diketahui mampu menyerang parasit dengan cara yang unik.

Meskipun obat malaria artemisinin menjadi salah satu penemuan yang mengubah dunia dan membawa perubahan besar di dunia kesehatan, namun hasil studi mereka pada awalnya masih menjadi rahasia militer China dan hanya diterbitkan dalam jurnal berbahasa Mandarin saja.

Baru pada akhir 1970-an, setelah penerus Mao Zedong, Mao Deng Xiaoping, mulai membuka negara, mereformasi ekonomi dan membangun hubungan diplomatik, penemuan obat artemisinin ini menyebar dan terkenal sebagai obat malaria China yang baru.

Para peneliti China yang diawali oleh Tu, akhirnya melakukan presentasi terkait penemuan mereka dalam pertemuan WHO pada tahun 1981. Pada 1990-an, perusahaan farmasi Barat mulai bermitra dengan perusahaan China untuk memproduksi obat artemisinin, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil.

Seiring berjalannya waktu, saat ini kombinasi artemisinin dan antimalaria lain telah direkomendasikan oleh WHO sebagai standar pengobatan malaria.

Berkat temuannya, Tu dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran tahun 2015. Ia pun menjadi semakin terkenal berkat kemampuannya sebagai peneliti tanpa gelar doktor, Ph.D.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/05/174346723/obat-malaria-artemisinin-berasal-dari-ramuan-obat-tradisional-kuno-china

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke