Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Penyebab Banyak Pasien Covid-19 Meninggal Dunia Saat Isoman

Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas), Irwandy, SKM, MScPH MKes menyebut, jumlah kematian akibat Covid-19 di luar Pulau Jawa juga meningkat. 

"Benar, angka kematian di Bulan Juli ini sangat tinggi, bahkan trendnya mulai bergeser ke daerah-daerah di Luar pulau Jawa juga saat ini," kata Irwandy kepada Kompas.com, Kamis (29/7/2021).

Menurut data Covid-19 di Indonesia hingga Rabu, 28 Juli 2021, tingkat kematian kasus (case fatality rate) adalah 2,70 persen. 

Angka tersebut lebih tinggi dibanding angka rata-rata dunia (2,14 persen) dan tingkat kematian kasus di Asia (1,44 persen).

Dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada 22 Juli 2021, Said Fariz Hibban, Analis Data Lapor Covid-19, menyebutkan bahwa terdapat 2.313 korban jiwa akibat isolasi mandiri. 

Data ini didapatkan dari rekapan kematian yang dilakukan oleh LaporCovid-19 untuk periode 1 Juni hingga 21 Juli 2021.

Lantas, apa yang menyebabkan banyak pasien Covid-19 yang menjalani isoman meninggal dunia?

Menjawab persoalan itu, beberapa ahli memberikan tanggapannya mengenai apa yang terjadi saat ini.

1. Pasien isoman bergejala berat

Dokter Spesialis Paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dari Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Erlina Burhan MSc SpP(K) mengatakan, penyebab meningkatnya kematian pasien Covid-19 saat isoman adalah mereka sudah dalam kondisi bergejala berat.

"Sepertinya (kematian pasien Covid-19 isoman itu meningkat) karena yang isoman itu banyak yang sudah (bergejala) berat," kata Erlina kepada Kompas.com, Jumat (30/7/2021). 

"Padahal, isoman itu hanya untuk yang tidak bergejala atau yang bergejala ringan," imbuhnya.

2. Overload pasien

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Daeng M Faqih SH Mh mengatakan, angka kematian saat isoman di Indonesia sekarang cukup tinggi, dikarenakan pasien yang membludak.

"Ini karena overload pasien," kata Daeng kepada Kompas.com, Kamis (29/7/2021).

Dengan kondisi pasien yang membludak atau overload ini, membuat banyak pasien yang tidak mendapatkan kamar penanganan khusus untuk dirawat di rumah sakit dan terapaksa di rawat di rumah.

"Tentu ini yang mengkhawatirkan, karena mestinya dirawat di rumah sakit dengan alat dan obat yang hanya bisa diberikan kalo di rumah sakit," ujarnya.

3. Kelangkaan obat dan oksigen

Daeng menyebutkan, kelangkaan obat dan oksigen juga berpengaruh terhadap peningkatan risiko kematian pasien.

Terutama bagi pasien dengan gejala berat, tetapi belum mendapatkan perawatan yang layak di rumah sakit, karena tidak adanya ruang yang tersisa.

4. Sistem kesehatan tidak siap

Irwandy mengatakan, banyaknya pasien isolasi mandiri yang meninggal juga merupakan akibat dari sistem kesehatan yang tidak siap.

"Dimulai dari terlambatnya sistem pelacakan kasus kita menemukan individu tersebut, beberapa ditemukan pada saat kondisi pasien sudah parah," kata dia. 

Sementara itu, kata Irwandy, banyak dari pasien isoman yang memerlukan pelayanan rumah sakit, tapi mengalami kesulitan untuk mengakses layanan rumah sakit. 

"Di samping karena penuh, mungkin juga karena kesulitan akses dan informasi, sehingga tidak tahu harus mencari ke mana," imbuhnya.

5. Sub sistem kesehatan pemberdayaan masyarakat gagal

Selain sistem kesehatan yang tidak siap, Irwandy juga menilai sub sistem kesehatan pemberdayaan masyarakat kita gagal.

Menurut dia, peran serta masyarakat sekitar untuk mendukung mereka yang sedang melakukan isolasi mandiri juga masih rendah. 

"Padahal peran serta masyarakat dibutuhkan, mulai dari dukungan sosial ekonomi hingga bantuan moril," ujarnya. 

Di lapangan, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang merasa takut untuk mengungkapkan kepada lingkungan sekitarnya, bahwa mereka sedang terinfeksi dan sedang melakukan isolasi mandiri, akibat stigma negatif yang masih melekat di masyarakat.

"Saya kira ke depannya, isolasi mandiri ini harus benar-benar diperketat," tegas Irwandy.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/30/173000923/5-penyebab-banyak-pasien-covid-19-meninggal-dunia-saat-isoman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke