Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vaksin Moderna Dapat Izin BPOM, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

KOMPAS.com - Vaksin Moderna akhirnya dapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk digunakan di Indonesia. Lantas, apa saja yang perlu diketahui dari vaksin Covid-19 buatan Amerika Serikat ini?

Secara resmi, Kepala BPOM Penny Lukito mengumumkan penerbitan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin Covid-19 Moderna, Jumat (2/7/2021).

Dalam konferensi pers virtual, Penny mengatakan, penerbitan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 Moderna tersebut berdasarkan hasil uji klinis fase ketiga dan pengkajian Komite Nasional Penilai Vaksin Covid-19, ITAGI, dan BPOM.

Penny mengungkapkan, data hasil uji klinis menunjukkan bahwa efikasi vaksin Moderna mencapai 94,1 persen pada kelompok usia 18-65 tahun, dan 86,4 persen pada kelompok usia di atas 65 persen.

Data tersebut juga menyebutkan bahwa vaksin Moderna ini aman digunakan pada kelompok populasi masyarakat dengan komorbid atau penyakit penyerta.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui dari vaksin Moderna.

1. Vaksin Moderna berbasis mRNA

Vaksin Moderna yang telah memperoleh izin penggunaan darurat dari BPOM untuk digunakan di Indonesia ini, dikembangkan menggunakan teknologi yang sama dengan yang digunakan Pfizer dan BioNTech.

Yakni, menggunakan teknologi messenger RNA atau mRNA, yang mana molekul genetik yang dibaca oleh mesin sel guna membangun protein di dalam sel. Ini adalah teknologi pengembangan vaksin paling baru yang pernah digunakan.

Seperti diberitakan Kompas.com, 20 November 2020 lalu, pada vaksin Moderna berisi mRNA yang telah diinstruksikan untuk membangun protein spike virus corona.

Protein spike pada virus corona adalah komponen yang digunakan virus menginfeksi sel inang manusia.

Cara kerja vaksin Moderna yang telah dapat izin BPOM ini, yakni akan menginduksi sel manusia untuk membuat protein tersebut dan sistem kekebalan selanjutnya akan membuat antibodi untuk menempel pada protein spike.

Stimulasi antibodi dari vaksin mRNA-1273 tersebut, bertugas untuk mencegah virus corona yang asli menginfeksi sel sehat pada tubuh di masa yang akan datang.

Meski memiliki kesamaan dengan vaksin Pfizer yakni menggunakan materi mRNA, namun vaksin Modern jauh lebih mudah disimpan.

Jika vaksin Pfizer membutuhkan tempat penyimpanan dengan suhu sangat dingin hingga minus 75 derajat Celsius hingga 85 derajat Celsius, maka Moderna dapat tetap stabil di ruang penyimpanan bersuhu minus 20 derajat Celsius.

2. Efikasi vaksin Moderna sangat tinggi

Dalam uji coba fase III pada akhir tahun 2020 lalu, Moderna mengumumkan efikasi vaksin buatannya mencapai 94,1 persen.

Hasil final menunjukkan bahwa vaksin Moderna 100 persen efektif mencegah kasus infeksi Covid-19 parah.

Uji coba vaksin Covid-19 Moderna melibatkan 30.000 peserta di Amerika Serkat, yang mana setengah dari peserta diberi dua dosis vaksin, dengan jeda dosis pertama dan kedua selama empat minggu.

Sedangkan setengah peserta lainnya diberikan plasebo dan dijadikan kelompok kontrol.

Selama uji coba tersebut, 196 orang mengalami Covid-19, yang terdiri dari 185 orang dari kelompok plasebo dan 11 orang dari kelompok vaksin.

Sementara itu, 30 kasus pada kelompok plasebo mengalami gejala Covid-19 parah dan tidak ada yang terjadi pada kelompok vaksin.

"Analisis primer yang menunjukkan hasil positif ini menegaskan kemampuan vaksin untuk mencegah penyakit Covid-19 dengan tingkat kemanjuran 94,1 persen. Terpenting, vaksin kami mampu mencegah penyakit Covid-19 yang parah," kata Stéphane Bancel, CEO Moderna, seperti dikutip dari IFL Science.

3. Efek samping vaksin Moderna

Vaksin Moderna menjadi vaksin pertama yang digunakan di Amerika Serikat dan kini sejumlah negara telah mulai menggunakan.

Izin penggunaan darurat vaksin mRNA Moderna di Indonesia juga telah dikeluarkan oleh BPOM, pada Jumat (2/7/2021).

Vaksin Covid-19 Moderna diberikan dalam dua suntikan atau dua dosis, dengan jeda 28 hari atau empat minggu.

Berdasarkan lembar fakta badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA), efek samping vaksin Covid-19 berbasis mRNA ini pada dasarnya sangat umum.

Beberapa efek samping vaksin Moderna dalam data uji klinis fase 3, seperti dilansir dari Medical News Today, antara lain sebagai berikut.

Uji klinis menemukan bahwa efek samping vaksin lebih sering dilaporkan setelah dosis kedua dan berlangsung sekitar 2-3 hari.

Selain efek samping setelah vaksinasi, penerima vaksin Moderna juga melaporkan reaksi tempat suntikan berikut:

  1. nyeri (92 persen)
  2. bengkak (14,7 persen)
  3. pembengkakan kelenjar getah bening ketiak, khususnya (19,8 persen)
  4. kemerahan (10 persen)

Selain efek-efek samping tersebut, sejumlah orang juga melaporkan reaksi lain seperti mengalami ruam merah, gatal, bengkak atau nyeri di tempat suntikan.

Terdapat pula reaksi Covid Arm atau Lengan Covid, yakni reaksi atau efek vaksin Moderna pada kulit dengan munculnya ruam merah selama beberapa hari setelah vaksinasi.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksin Covid-19 Moderna nantinya akan digunakan dalam program vaksinasi pemerintah, seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (2/7/2021).

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/02/170200123/vaksin-moderna-dapat-izin-bpom-apa-saja-yang-perlu-diketahui

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke